Tak hanya itu, kelompok rentan seperti anak jalanan dan kaum pedesaan dengan penghasilan rendah turut mendapatkan literasi keuangan. Mereka merupakan kelompok yang rentan mengalami goncangan ekonomi terutama kenaikan BBM saat ini.
“Ini juga karena mereka penerima bantuan, kan HP susah tidak punya. Jadi harus hadir ke sana, inilah penjabaran kenapa perlu strategi online dan offline,” ucapnya.
Kedua, perkembangan infrastruktur membuat pihaknya mengembangkan beberapa materi terkait literasi, salah satunya buku tingkat yang diperuntukkan bagi PAUD sampai dengan perguruan tinggi. Adapun OJK baru mengembangkan Learning Management System (LMS) sekitar 10 modul, untuk mengetes terkait pemahaman di sektor jasa keuangan.
“Pengembangan infrastruktur, ada berupa buku dan digital, konten digital ada dan LMS,” ucapnya.
Ketiga penguatan kebijakan yang tentu saja harus didukung peraturan agar memberikan sedikit paksaan terhadap pelaku usaha demi melakukan kegiatan literasi dan inklusi keuangan. Jika di dalam peraturan ada kewajiban bahwa setiap pelaku usaha wajib melakukan kegiatan literasi dan inklusi keuangan minimal satu tahun sekali dan itu wajib dilaporkan ke OJK.
“Tujuannya agar kami punya dasar kalau minta ke pelaku usaha ada dalam peraturan tersebut,” ucapnya.
Keempat, OJK melakukan penguatan dan sinergi dengan aliansi strategis. Menurutnya mereka menjalin kerja sama dengan beberapa K/L dan instansi lainnya. Hal ini sesuai dengan surat edaran dari Kementerian Perekonomian terkait kegiatan literasi dan inklusi keuangan yang di dalamnya ada pemanfaatan materi literasi.
Materi tersebut sudah disediakan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi serta Kementerian Agama. Dia berharap, hal itu dapat mendorong pemanfaatan literasi dan inklusivitas keuangan dalam pada ketiga kementerian itu.
“Kemendagri kalau sekolah sampai SMA kan di bawah masing-masing pemerintah daerah, itu yang perlu didorong. Kalau mahasiswa dengan Kemendikbud inilah diharapkan dengan aliansi strategis,” ucapnya.
Kelima, bank syariah dan pasar modal. Ia melihat, bahwa strategi ini dimasukkan agar menjadi sasaran yang perlu ditingkatkan terkait dengan keuangan syariah dan pasar modal.
“Kalau kita lihat hasil survei, sisi pasar modal masih rendah, syariah juga masih perlu ditingkatkan terkait literasi dan inklusivitas masih rendah. Kalau syariah ada menariknya, karena gap antara literasi dan inklusivitas tidak tinggi tapi sama-sama rendah,” ucapnya. (rdr/republika.co.id)