Sugeng juga mendesak Tim Khusus (Timsus) bentukan Kapolri menelusuri keterkaitan orang-orang sipil yang diduga terkait konsorsium itu dalam pemberian dukungan terhadap pencalonan capres tertentu di 2024 mendatang. Sugeng menduga hal itu dilakukan Sambo untuk memuluskan tujuannya menjadi Kapolri.
“IPW meminta tim khusus Polri menjelaskan keterlibatan dua orang sipil dalam kasus Sambo Konsorsium 303,” ujar Sugeng.
“Sekaligus membongkar peranannya, menyusul terungkapnya pemakaian private jet oleh Brigjen Pol Hendra Kurniawan dalam kaitan temuan uang Rp 155 Triliun oleh PPATK dari judi online,” imbuhnya.
Mabes Polri telah buka suara soal dugaan IPW bahwa Konsorsium 303 terkait penyediaan jet sewaan bagi Brigjen Hendra Kurniawan.
Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan hal tersebut masuk ke dalam ranah Pembinaan dan Pengawasan Profesi (Wabprof) Divpropam Polri. “Itu bagian daripada dari timsus ya, khususnya dari Wabprof ya,” ujarnya dalam konferensi pers, Senin (19/9/2022).
Sebelumnya saat kasus Sambo muncul, pada Senin (11/7/2022), Hendra bersama Kombes Agus Nurpatria, Kombes Susanto, AKP Rifazal Samual Bripd Fernanda, Briptu Sigit, Briptu Putu dan Briptu Mika berangkat ke kediaman keluarga Brigadir J di Jambi atas perintah Irjen Ferdy Sambo, dengan menggunakan jet sewaan.
Brigjen Hendra menceritakan perihal penggunaan jet sewaan itu di Berita Acara Pemeriksaan (BAP) sidang pemeriksaan etik kasus pembunuhan Brigadir J. Dokumen itu sempat dilihat CNNIndonesia.com.
Dalam BAP itu, Hendra menyampaikan dirinya bersama dengan Kombes Agus Nurpatria, Briptu Putu dan Briptu Mika pergi bersama menggunakan satu mobil ke Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta.
“Sampai di bandara kami langsung menuju ke pesawat private jet. Saat itu yang berangkat ke Jambi yaitu saya, Kombes Santo, Kombes Agus Nurpatria, AKP Rifaizal Samual, Bripda Fernanda, Briptu Sigit, Briptu Putu, dan Briptu Mika,” ujar Hendra dalam BAP. (rdr/cnnindonesia.com)