Mereka tak diizinkan melaksanakan umrah dan terpaksa kembali ke Madinah. Di momen tersebut, terjadilah perjanjian Hudaibiyah yang menguji keimanan para sahabat Nabi.
“Tidak boleh melanjutkan menuju Mekkah untuk melaksanakan umrah, sehingga terjadilah perjanjian Hudaibiyah. Di sinilah iman para sahabat di uji,” kata Ustaz Mahfud Said kepada CNNIndonesia.com, Selasa (2/6/2020) dikutip detikEdu.
Adapun, perjanjian Hudaibiyah berisi empat poin. Pertama, kaum Muslimin pada tahun itu tidak boleh melaksanakan umrah. Kedua, di tahun berikutnya atau tahun ketujuh Hijriah, Rasulullah dan para sahabat boleh melaksanakan umrah hanya selama tiga hari. Kaum Quraisy akan menyingkir dari Mekkah dan kaum Muslimin tidak boleh bersenjata.
Ketiga, mengizinkan kaum Quraisy yang kembali ke Madinah mengikuti Nabi Muhammad SAW dan sebaliknya mengizinkan kaum Muslimin yang kembali ke Mekkah. Poin keempat adalah gencatan perang selama 10 tahun.
Nabi Muhammad menerima perjanjian Hudaibiyah itu sehingga umrah tak bisa terlaksana. Tak sedikit para sahabat nabi yang merasa marah, kecewa, hingga goyah pada kebijakan Nabi menerima perjanjian Hudaibiyah tersebut.
“Saat itu ada banyak sahabat yang marah, kecewa, dan mulai goyah dengan kebijakan Nabi,” terang Ustaz Mahfud.
Peristiwa tersebut, kata Mahfud juga menjadi pengingat untuk kita agar menjalani setiap kebijakan dengan hati yang ikhlas. Ia juga mengimbau agar setiap jemaah yang batal berangkat bisa berbaik sangka dan melihat sisi positifnya.
“Nasihat untuk jemaah yang batal haji tahun ini. Menyadur ayat Alquran, bisa jadi batalnya haji tahun ini tidak menyenangkan buat jemaah, tetapi ini adalah yang terbaik menurut Allah SWT. Selalu lah berprasangka baik kepada Allah SWT,” tutup Ustaz Mahfud. (*)