PADANGARO, RADARSUMBAR.COM – Dinas Kebudayaan Sumatera Barat memfasilitasi masyarakat Pakan Rabaa, Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh, Kabupaten Solok Selatan, menggelar tradisi “bantai kabau turun ka sawah” di kapalo banda (pintu air) Balun, Sabtu.
Kepala Bidang Warisan Budaya dan Bahasa Minangkabau Dinas Kebudayaan Sumatera Barat Aprimas di Koto Parik Gadang Diateh, Kabupaten Solok Selatan, Sabtu mengatakan tradisi mambantai kabau turun ka sawah merupakan kearifan lokal masyarakat Solok Selatan dalam mengawali tanam padi secara serentak.
“Upacara adat ini memiliki makna kebersamaan dan kegotongroyongan karena melibatkan seluruh elemen masyarakat dari tokoh adat, tokoh masyarakat, bundo kanduang dan anak kemenakan,” ujarnya.
Mambantai kabau turun ka sawah diawali dengan menyembelai kerbau oleh masyarakat dan diakhiri dengan makan bersama atau makan bajamba di Masjid Istiqomah Balun. Dalam makan bersama ini, masyarakat memohon doa agar hasil panen baik dan terhindar dari hama.
Pelaksanaan tradisi mambantai kabau turun ka sawah ini juga merupakan kegiatan pewarisan budaya kepada generasi muda agar tetap bertahan dalam perkembangan zaman.
Wakil Ketua DPRD Solok Selatan, Armen Syahjohan mengapresiasi upaya pelestarian budaya asli daerah itu, seperti mambantai kabau turun ka sawah, sehingga tidak hilang ditelan zaman. “Informasi yang saya peroleh, mambantai kabau di Balun ini terakhir dilaksanakan pada 10 tahun yang lalu,” katanya.
Ia mendorong kegiatan budaya ini bisa dilaksanakan secara berkelanjutan. “Saya harap ini bisa dilaksanakan setiap tahun setiap awal tanam serentak sehingga budaya ini bisa lestari,” katanya.
Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian Koto Parik Gadang Diateh Rosman mengatakan sebelum turun ka sawah (memulai menanam padi) perlu diperhatikan beberapa persiapan, seperti persiapan lahan, pengolahan lahan, pemilihan benih, penggunaan pupuk yang berimbang. “Yang tak kalah penting adalah penggunaan teknologi tepat guna agar hasil maksimal,” katanya.
Ia menambahkan penyuluh pertanian siap mendampingi masyarakat saat turun ka sawah. “Di Koto Parik Gadang Diateh ada delapan nagari. Di setiap nagari sekarang telah ditempatkan satu penyuluh pertanian,” katanya.
Dalam kesempatan itu, ia mengatakan masyarakat Solok Selatan belum banyak memaksimalkan pemanfaatan lahan sehingga masih terfokus pada satu komoditas. “Sebetulnya di persawahan itu bisa dimanfaatkan untuk mina padi. Selain padi bisa juga memelihara ikan, namun ini tidak banyak dibudidayakan oleh petani di Solok Selatan,” katanya. (rdr/ant)