“Di negara-negara yang begitu ketat (protokol kesehatannya seperti China dan Jepang), tetapi memang unpredictable banget karena virusnya selalu evolving, selalu berubah, bermutasi. Nah inilah yang kemudian menjadi lonjakan kasus di beberapa negara contohnya China, Jepang, ada Brazil dan Jerman, bahkan Korea Selatan,” jelas Erlina.
Agar vaksinasi penguat kedua cakupannya cepat dan luas, menurut Erlina, IDI mendorong semua pihak untuk membantu meningkatkan cakupan vaksinasi dosis ketiga (penguat pertama) sehingga masyarakat bisa segera mendapatkan vaksin penguat kedua.
Data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per 24 Januari 2023 menunjukkan bahwa cakupan vaksinasi penguat pertama baru mencapai 29,50 persen atau sebanyak 69.216.929 penerima.
Oleh sebab itu, Erilna mendorong agar sentra-sentra pelayanan vaksin dibuka kembali secara lebih luas. Dia mengingatkan bahwa vaksinasi penguat pertama merupakan syarat bagi masyarakat untuk mendapatkan booster kedua.
Mulai 24 Januari 2023, pemerintah telah memperluas penerima booster kedua untuk masyarakat umum berusia di atas 18 tahun, termasuk tenaga medis dan kelompok lanjut usia (lansia). Per 24 Januari 2023, cakupan booster kedua ini mencapai 5,38 persen atau 1.235.689 penerima. (rdr/ant)