“Heat stroke itu saking panasnya, dia bisa pingsan. Untuk mengantisipasi itu pada anak-anak, kita harus sarankan mereka lebih banyak dan sering minum apalagi di cuaca seperti ini,” ujarnya.
Sebaliknya, bila cuaca dirasa sangat dingin para guru harus memastikan agar suhu ruangan tetap terjaga hangat agar anak-anak yang utamanya duduk di bangku taman kanak-kanak (TK) tidak mengalami hipotermia atau kedinginan hebat.
Ketua Pengurus Pusat IDAI Piprim Basarah Yanuarso menambahkan perubahan iklim secara global secara spesifik sudah bisa dirasakan pascalibur Lebaran tahun ini.
Dikhawatirkan perubahan iklim dapat memicu berbagai macam dampak buruk pada anak-anak sebagai salah satu kelompok rentan, utamanya yang berusia 0-18 tahun.
Dengan demikian, ia menyarankan sebisa mungkin anak-anak dapat menghindari perubahan cuaca seperti suhu panas yang terjadi baru-baru ini, dengan lebih banyak beraktivitas di dalam ruangan.
“Masalah perubahan iklim ini akan berbeda di tiap negara, yang empat musim dengan negara dua musim tentu saja berbeda. Tetapi pada prinsipnya anak adalah kelompok rentan, yang harus dilindungi, dan karakter anak adalah tumbuh juga berkembang. Perubahan iklim tidak boleh menghalangi mereka untuk bisa tumbuh dan berkembang dengan baik,” ujarnya. (rdr/ant)