“Karena (pengembangan bioavtur) ini harus dilakukan agar bisa sampai J100, dan bioavtur bisa (digunakan) ke semua maskapai RI dan penerbangan mancanegara. Maka kami berharap adanya dukungan semua pihak untuk tahap-tahapan uji coba selanjutnya, termasuk menyusun roadmap untuk komersialisasinya” ujarnya.
Diketahui, PT Pertamina (Persero) bersama Institut Teknologi Bandung (ITB) telah berhasil memproduksi bahan bakar campuran bioavtur. Bahan bakar itu adalah pencampuran 2,4 persen minyak inti sawit atau refined bleached degummed palm kernel oil (RBDPKO), dengan menggunakan katalis merah putih buatan ITB di Kilang Cilacap Pertamina.
Hasil pencampuran bioavtur ini dinamakan Jet Avtur 2,4 (J2,4), di mana pada awal September lalu telah dilakukan serangkaian uji coba atau tes ground run J2.4 hingga uji terbang yang dilakukan hari ini dalam acara seremoni keberhasilan uji terbang pesawat CN235-220 FTB milik PT Dirgantara Indonesia di Hanggar II PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMF), Tangerang. (viva.co.id)