JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Sebuah laporan yang dirilis oleh Academy of Medical Sciences pada bulan Juli memperkirakan virus corona (COVID-19), flu, dan Respiratory Syncytial Virus (RSV), dapat mendorong National Health Service (NHS) Inggris ke titik puncak di musim dingin mendatang.
Kepala Eksekutif Badan Keamanan Kesehatan Inggris, Dr Jenny Harries telah memperingatkan bahwa ada ‘kemungkinan realistis’ negara itu harus bergulat dengan lonjakan kasus flu pada musim dingin ini. “Kami memperkirakan influenza menjadi lebih umum di musim dingin 2021 dan 2022,” kata Dr Harries.
Sementara itu Wakil Kepala Program NHS, Dr. Nikki Kanani menggemakan peringatan adanya risiko peningkatan pada kasus influenza dan virus corona (COVID-19) hingga akhir 2021. “Kami memang memiliki peningkatan risiko flu dan COVID tahun ini,” jelas Dr. Kanani.
Di sisi lain, Wakil Kepala Petugas Medis Inggris Profesor Jonathan Van Tam mengatakan tingkat infeksi flu yang sangat rendah tercatat pada musim dingin sebelumnya, para ahli pun memperingatkan terkait kurangnya kekebalan tubuh.
“Tidak banyak orang yang terkena flu tahun lalu karena pembatasan COVID-19, jadi tidak ada kekebalan alami yang terbentuk di masyarakat seperti biasanya. Kita akan melihat flu bersirkulasi pada musim dingin ini, mungkin lebih tinggi dari biasanya dan itu membuatnya menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan,” kata Profesor Van Tam.
Selanjutnya, musim dingin ini diprediksi akan menghadapi ancaman rangkap tiga yakni flu (influenza), COVID-19, dan Respiratory Syncytial Virus (RSV). Semua ini diperparah oleh fakta bahwa langkah-langkah penerapan jarak sosial yang sebelumnya diberlakukan di tengah pandemi, telah dihapus di negara itu.
Ini mengakibatkan peningkatan pencampuran dan pembukaan perbatasan perjalanan. Menurut Profesor Van Tam, musim dingin yang terjadi pada 1989 hingga 1990, saat sekitar 19.000 kematian tercatat akibat flu, dapat dianggap sebagai ‘penanda’.