PAINAN, RADARSUMBAR.COM – Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) menyampaikan tingginya angka putus sekolah, khususnya pada keluarga kurang mampu dapat memicu kemiskinan struktural tinggi di daerah itu.
Kepala BPS Pesisir Selatan, Yudi Yos Elvin di Painan, Selasa (8/2/2022), menyampaikan mereka berpotensi bakal melahirkan keluarga miskin selanjutnya, sehingga upaya pengentasan kemiskinan yang digagas pemerintah kabupaten tidak akan tercapai secara maksimal. “Betapa tidak, faktor paling dominan dalam pengentasan kemiskinan itu dapat dilihat dari tingkat pendidikan masyarakatnya,” ungkapnya.
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) daerah itu mencatat sepanjang 2020 angka anak usia sekolah yang putus sekolah dari keluarga kurang mampu mencapai 5.988 orang, dari total 40.517 orang. Ia melanjutkan kemiskinan struktural bakal membentuk keluarga miskin baru yang permanen, sehingga penyelesaiannya semakin rumit dan Pesisir Selatan terjebak dalam lingkaran kemiskinan yang langgeng.
Berdasarkan data BPS sepanjang 2021 tingkat kemiskinan di daerah berjuluk ‘Negeri Sejuta Pesona’ itu mencapai 7,92 persen, dengan populasi penduduk miskinnya sebanyak 37.410 jiwa. Angka itu merupakan tertinggi di Pesisir Selatan sejak 2017. Capaian tersebut juga tercatat ketiga tertinggi di 19 kabupaten/kota di Sumatera Barat dan kedua tertinggi secara populasi.
Sedangkan berdasarkan Data Terpadu Kemiskinan Sosial (DTKS) 2020 yang dirilis Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) jumlah penduduk miskin di Pesisir Selatan lebih dari 169 ribu jiwa. “Jadi, perlu ada intervensi dari pemerintah kabupaten, sehingga persoalan angka putus sekolah bisa selesai,” ujarnya.