Listrik yang dihasilkan, kata Oktoweri, setara nilainya dengan biaya Rp3 juta per bulan dan biaya pembuatan PLTA mencapai Rp100 juta. “Meskipun kecil tapi mengurangi pemakaian energi fosil,” ujarnya.
Pembangunan PLTA juga memanfaatkan material sisa sehingga bisa digunakan kembali. Cara kerja PLTA Pico Hydro memanfaatkan elevasi sumber air dari pipa yang kemudian aliran air tersebut menghasilkan energi untuk memutar turbin yang kemudian kemudian diteruskan ke poros untuk menggerakan generator sehingga menghasilkan listrik
Ia menyampaikan ide ini merupakan inovasi dari karyawan yang terus ditantang untuk menghasilkan terobosan baru. Selain air pihaknya juga sudah menggunakan panel surya untuk menghasilkan listrik di pabrik kantong PT Semen Padang.
Ia menyampaikan saat ini secara total ada 10 persen sumber listrik PT Semen Padang yang bersumber dari pembangkit listrik energi terbarukan dan sisanya baru dari PLN. “Dari total kebutuhan listrik sebesar 90 MW 10 persen sudah dari energi terbarukan,” ujarnya. (rdr/ant)