Ia mengakui, dengan turunnya harga tersebut maka produksi pinang dan karet berkurang di daerah itu, karena petani tidak ada yang memanen.
Sebelumnya produksi pinang mencapai 15 ton per bulannya dari luas lahan tiga ribu hektare dan sekarang hanya ratusan kilogram per bulan.
Begitu juga untuk karet dengan produksi mencapai enam ton per bulan dan kini hanya ratusan kilogram per bulan.
“Petani hanya mengumpulkan pinang yang jatuh dan mereka mengalihkan usaha ke palawija berupa jahe, jagung dan cabai merah,” katanya.
Salah seorang petani, Naini menambahkan hanya mengolah pinang yang jatuh disekitar pohon dan dikumpulkan.
“Pinang yang kering sekitar dua kilogram per minggu langsung saya jual kepada pengumpul,” katanya. (rdr/ant)