JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Fakta komposisi kental manis yang mengandung lebih banyak gula daripada kandungan susunya perlu terus disosialisasikan.
Sebab, bila masyarakat tidak teredukasi dengan baik, kesalahan konsumsi susu oleh anak terutama balita akan terus terjadi. Hal ini dapat berdampak buruk terhadap kesehatan dan tumbuh kembang anak.
Dalam penelitian bersama yang dilakukan oleh Universitas Muhammadiyah Jakarta, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, Majelis Kesehatan Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah dan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) ditemukan masih banyak orangtua yang memberikan kental manis sebagai minuman susu untuk balita bahkan sebagai pengganti ASI pada anak dibawah 1 tahun, yang disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat akan kegunaan produk kental manis.
Penelitian bertajuk “Penggunaan Kental Manis pada Masyarakat Marjinal dan Dampaknya Terhadap Status Kesehatan Balita yang dilakukan di 3 wilayah, yaitu Banten, DKI Jakarta dan DI Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan pada May hingga Juni 2023 dan melibatkan total 3000 responden.
Ketua tim penelitian Prof. Dr. Tria Astika Endah P, S.K.M., M.K.M, yang sekaligus guru besar ilmu gizi di Universitas Muhammadiyah Jakarta, mengatakan, pemilihan ketiga wilayah sebagai locus penelitian berdasarkan beberapa faktor diantaranya tingkat kemiskinan, akses kesehatan dan informasi tentang kesehatan.
“Masyarakat marjinal, atau masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah dan masyarakat yang kesulitan akses informasi adalah kelompok yang rentan terhadap kesalahan konsumsi kental manis ini. Mungkin mereka terinformasi, tapi tidak paham, lalu tetap memberikan kental manis untuk anak. Atau memang karena alasan ekonomi, memberikan kental manis karena lebih ekonomis, padahal ada jenis pangan lain yang memiliki kandungan nutrisi lebih baik dan juga ekonomis dan mudah di dapat masyarakat,” jelas Tria.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, sebanyak 11,4% balita di Banten, 8,4% di DKI Jakarta dan 5,3% di DI Yogyakarta mengonsumsi kental manis. Tidak hanya itu, 78,3% responden di Banten, 88,1% di DKI dan 95,2% di DI Yogyakarta memberikan kental manis kepada balitanya lebih dari 1 sachet per hari.
Adapun faktor utama pemberian kental manis pada anak ini ditengarai akibat persepsi masyarakat di tiga wilayah ini yang masih menganggap kental manis adalah susu.
Sebanyak 38% orangtua di Banten, 36,4% di DKI Jakarta, dan 22,3% di DI Yogyakarta yang menganggap bahwa kental manis adalah susu. Persepsi salah ini terbentuk mayoritas akibat informasi dari media massa.