ISLAMI, RADARSUMBAR.COM – Dalam Islam, dzikir merupakan amalan yang sangat berharga, yang diajarkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW kepada umatnya.
Sejatinya, dzikir bentuk pengingat seorang Muslim terhadap Tuhan yang telah menciptakan dirinya, yakni Allah SWT. Dzikir dilakukan dengan menyebut dan mengingat nama-nama Allah, sifat-sifat-Nya, dan pujian penuh cinta pada Rabb.
Selanjutnya, berdzikir memiliki banyak manfaat spiritual dan psikologis, serta menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas hubungan antara manusia dengan Tuhannya.
Dzikir membantu seorang Muslim untuk senantiasa merasa dekat dengan Allah SWT dan meningkatkan kesadaran akan kehadiran-Nya dalam setiap aspek kehidupan.
Dengan berdzikir, seorang Muslim dapat melepaskan diri dari keasyikan dunia yang sering kali memalingkan hati dari mengingat Allah. Lebih jauh, berdzikir secara konsisten membantu menyucikan hati dan pikiran dari berbagai beban dan kecemasan dunia.
Bagi orang yang tengah dilanda stres dan rasa cemas, dianjurkan dzikir sebagai penghibur dan obat. Penjelasan ini termaktub dalam Al-Quran, Q.S ar Ra’d [13] ayat 28, Allah berfirman;
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
Artinya; “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.”
Kemudian muncul persoalan lain terkait dzikir, bolehkah berdzikir sembari bermain handphone? Pasalnya, di era digital ini, gadget pintar tak bisa dipisahkan dengan kehidupan sehari-hari. Di beberapa kesempatan, terlihat orang sembari berdzikir berjamaah atau shalawatan dengan terus bermain gawai.
Untuk menjawab persoalan tersebut, terlebih kita harus mengetahui bahwa dzikir dalam Islam, dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, mulai dari dzikir hati, dzikir lisan, hingga dzikir dengan gerakan anggota tubuh.
Bahkan dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa seorang dianjurkan berdzikir dalam pelbagai keadaan, baik duduk, berdiri, ataupun berbaring.
الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya; “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali Imran [3] ayat 191)
Ibnu Jarir At Thabari dalam kitabnya berjudul kitab Jāmi’ al Bayān, jilid VII, [Mekah, Dar Tarbiyah wa Turats, tt] halaman 475 mengatakan bahwa ayat ini menganjurkan manusia untuk senantiasa mengingat Allah dalam keadaan apapun, baik dalam keadaan shalat ataupun di luar shalat. Artinya, dianjurkan mengingat Allah dalam keadaan beribadah maupun aktivitas di luar ibadah, seperti ketika sedang bekerja, berjalan, berbelanja, dan mengajar. Ia berkata;
حدثنا القاسم قال، حدثنا الحسين قال، حدثني حجاج، عن ابن جريج، قوله:”الذين يذكرون الله قيامًا وقعودًا” الآية، قال: هو ذكر الله في الصلاة وفي غير الصلاة، وقراءة القرآن.
Artinya; “Telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, dia berkata, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, dia berkata, telah menceritakan kepadaku Hujjah, dari Ibnu Juraij, firman Allah [orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring] maksudnya Dzikir kepada Allah dapat dilakukan dalam berbagai situasi, termasuk saat melakukan shalat, serta di luar shalat, dan juga termasuk dalam membaca Al-Quran.”