Sementara Mahyeldi, Wali Kota Padang, juga menjabat Ketum PSP Padang. Lalu terpilih jadi Gubernur Sumbar, meski pernah berjanji ogah dengan jabatan itu. Jabatan itu benar mengejar beliau, mau apa lagi? Abien ikut di belakang. Tapi, nasib berbeda. Abien seperti menolak itu.
Kedua, saat Abien usai diperiksa di Kejaksaan. Ia mulai bernyanyi. Bahwa seperempat dari dugaan korupsi yang dialami diserahkan pada PSP Padang yang Ketumnya kita sama-sama tahu. Saat itu, ia belum sebut nama. Media saja yang memperjelas bahwa itu adalah Mahyeldi.
Kemarin, adalah kemunculan ketiga Abien. Tak tanggung-tanggung, ia konferensi pers. Ia jelas menyebut nama Mahyeldi. Malah, menawarkan diri sebagai Justice Collaborator. Gawat. Kasus dana hibah sekitar 2 M, seolah-olah ada kasus besar di belakangnya. Agak berlebihan? Entah.
Malah, nama putra Mahyeldi, Taufik, juga ikut diseret. Bahwa saat maju Ketua KNPI Padang, Abien membantu sekitar 50 juta diberikan pada OKP-OKP agar Taufik terpilih. Tapi, sayangnya, Taufik kalah. Sudah pakai duit pun masih keok. Apa yang terpilih duitnya lebih banyak? Tragis.
Tak tahu juga ujung dari kasus ini. Apakah Mahyeldi kembali selamat seperti kasus surat sumbangan yang fenomenal itu? Abien masih bernyanyi di luar sidang, belum dalam sidang. Dugaan “politisasi” kasus ini mulai disuarakan. Apa yang tak politis di negeri ini? Kencangkan saja ikat pinggang. Akhirnya tak ada yang tahu. (*)