Menikmati Kasak-kusuk dan Propaganda jelang Muktamar Pemuda Muhammadiyah 2023

Ada 1.211 pemilik hak suara dari PP, PWPM dan PDPM se Indonesia akan menentukan siapa nakhoda Pemuda Muhammadyah ke depan

Karikatur Ketua PDPM Kabupaten Solok, Riki Chandra. (Foto: Dok. Pribadi)

Oleh:
Riki Chandra-Jurnalis dan Ketua PDPM Kabupaten Solok

Riuh rendah jelang Muktamar Pemuda Muhammadiyah ke-XVIII, makin menggema. Gerilya tim sukses (timses) sejumlah kandidat ketua umum (ketum) masih juga berlangsung. Tarik-menarik dukungan kian terang-terangan terjadi. Semuanya adalah keniscayaan dalam setiap suksesi peralihan kepemimpinan.

Namanya baralek gadang (pesta besar), tentu segalanya harus dihirukkan. Tujuannya; biar publik tahu Pemuda Muhammadiyah itu besar, kuat dan tersebar di seluruh Nusantara. Wajar bila tensi politik internal di semua tingkatan pengurus; pusat sampai ke daerah makin meninggi. Bersyukurnya tidak gaduh dan ribut besar. Tapi tak tahu nanti kalau sudah di arena muktamar.

Muktamar Pemuda Muhammadiyah ke-18 ini akan berlangsung di Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim) pada tanggal 21-24 Februari 2023. Artinya, tiga hari lagi, ribuan Pemuda Muhammadyah akan berkumpul di Balikpapan menghadiri musyawarah tertinggi Pemuda Muhammadiyah dengan tema “Pemuda Negarawan Harmoni Memajukan Indonesia”.

Ada 1.211 pemilik hak suara dari PP, PWPM dan PDPM se Indonesia akan menentukan siapa nakhoda Pemuda Muhammadyah ke depan, pengganti Sunato alias Cak Nanto yang tak maju lagi. Paling tidak, sampai hari ini, ada tiga nama kandidat yang digadang-gadang bakal menjadi calon Ketum Pemuda Muhammadyah periode 2023-2027 mendatang.

Mereka adalah Zaedi Basiturrozak yang kini menjabat sebagai Bendara Umum PP Pemuda Muhammadiyah. Kemudian, Muhammad Sukron juga pengurus PP dan Dzulfikar Ahmad Tawalla yang kini menjabat sebagai Sekjen PP Pemuda Muhammadiyah. Ketiganya merupakan kader terbaik pelanjut asa Muhammadyah di masa mendatang. Zaedi, Sukron dan Dzulfikar tentu sama-sama punya mimpi dan semangat besar memajukan gerakan Pemuda Muhammadyah ke depan.

Lantas, kenapa kasak-kusuk? Ya begitulah. Tidak Pemuda Muhammadyah namanya kalau tanpa dinamika. Untungnya tensi kedinamisan masih bisa direda dan dikendalikan. Kondisi ini tentu terjadi di semua daerah, termasuk di Sumatera Barat. Para kader pemilik suara terbagi-bagi karena timses masing-masing kandidat sudah turun ke bawah dengan segala lobi.

Lobi-lobi dalam pemilihan di muktamar sebuah keniscayaan. Setiap pengurus atau kader pemilik hak suara punya hak pula menentukan siapa yang akan mereka pilih kelak. Banyak faktor yang mempengaruhi pemilik suara menentukan pilihan. Mulai dari kedekatan emosional, kepentingan politik praktis hingga karier di bidang tertentu. Tawaran-tawaran sah saja digaungkan asal tidak menciderai nilai-nilai kebersamaan dalam Pemuda Muhammadiyah itu sendiri.

Hanya saja, sebagai kader Muhammadiyah, saya kurang sepakat dengan cara-cara tendensius dalam mengarahkan hak pilih dalam muktamar. Tendensi yang saya maksud bukan soal emosional, tapi tentang janji-janji yang terkesan memaksakan. Saya dengar-dengar, ada pula yang mengaitkan pilihan dalam muktamar akan berimbas pada karier seseorang di penyelenggara Pemilu hingga di partai politik.

Apakah mereka lupa? Muktamar itu pesta dalam rumah kita sendiri; Pemuda Muhammadiyah. Bukan kontestasi politik kepentingan segelintir orang berbeda ideologi. Siapapun yang menjadi Ketum Pemuda Muhammadiyah mendatang, berkewajiban memajukan dan mendukung kader-kader di seluruh Tanah Air. Tanggungjawabnya besar.

Namanya kontestasi, propaganda tentu lumrah terjad. Tapi, jangan mengorbankan orang lain dan kandidat itu sendiri. Sayangnya, klaim ‘kacangan’ terhadap dukungan masih saja terjadi dengan banyak pola. Harapan saya, Caketum yang memiliki katrol bisa mengevaluasi tim-timnya. Jangan sekadar dengar klaim tanpa bukti otentik.

Bagi saya, tak elok rasanya mengaitkan pilihan muktamar dengan karier dan rencana masa depan kader-kader Muhammadyah yang notabenenya adalah kita bersama. Ingat, kita kuat dan besar karena bersama berkolaborasi. Ingat pesan KH Ahmad Dahlan “Aku titipkan Muhammadiyah ini kepadamu sekalian dengan penuh harapan agar engkau sekalian mau memelihara dan menjaga Muhammadiyah itu dengan sepenuh hati agar Muhammadiyah bisa terus berkembang selamanya”.

Mari ber-Muktamar dengan hati riang gembira. Kita satu; Pemuda Muhammadiyah. (*)

Exit mobile version