Manusia Barbar Terdidik

Perbankan tidak sehat lagi sebagai mitra bisnis bagi seorang pengusaha

Tokoh Pasar Raya Padang Asril Manan. (Foto: Dok. Istimewa)

Oleh:
Asril Manan-Tokoh Pasar Raya Padang

Tulisan saya kali ini menyoroti kinerja perbankan kita di era reformasi, dan pasca wabah korona (COVID-19). Saya mengakui erat hubunganya dengan masalah pribadi.

Saya merasa tidak salah, rasanya mengungkap masalah pribadi tentang ini, sebagai bahan renungan dan pelajaran bagi anak-anak cucu dan mungkin saja masyarakat untuk lebih bijak dalam hal meminta fasilitas kredit dari perbankan.

Di era reformasi dan pasca Covid-19, perbankan tidak sehat lagi sebagai mitra bisnis bagi seorang pengusaha. Oleh karena perbankan hanya melihat segi keuntungan saja.

Kalau kita lihat dari segi layanan perbankan akan baik sekali, selagi kita sedang lancar-lancarnya membayar bunga dan cicilan kredit dengan tepat waktu. Tetapi apabila terjadi kemacetan, bank ini tidak pandang bulu dalam menyelesaikan kredit dan sangat tidak bijak, baik debitur (nasabah) kooperatif, maupun yang tidak kooperatif. Cara penyelesainnya sangat menyakitkan dan tidak menyenangkan.

Secara pribadi saya akan membagi perbankan saat ini menjadi 4 tipe atau 4 B, yaitu; Banker, Bankster, Bankdit dan Banksat.

Saya akan mencoba menguraikan satu per satu mengenai tipe perbankan ini. Tulus saya mengatakan tulisan ini bukan berdasarkan sakit hati dan kebencian. Gunanya untuk menambah wawasan anak cucu dan mungkin saja masyarakat luas.

Yang lebih penting sekali tentu kepada yang saya katakan, MANUSIA BARBAR TERDIDIK untuk mengevaluasi sikap dan tindakannya dalam memberikan pelayanan kepada debitur dengan bijak dan manusiawi. Hutang pasti dibayar karena debitur mempunyai jaminan yang jelas.

Saya akan melanjutkan tulisan ini kepada tipe-tipe perbankan sesuai dengan pengalaman pribadi:

1. Tipe Banker

Orang-orang ini sangat menyenangkan sebab terdiri dari marketing, sales yang handal terlebih apabila melihat potensial debitur yang menjanjikan. Dia pasti akan menemui, mewawancarai dan merayunya sehingga terjadi persetujuan kredit. Kalau perlu takeover dari bank lain yang penting targetnya tercapai.

2. Tipe Bankster

Apabila debitur cedera janji yang disebabkan sesuatu dan lain hal, di sini para Bankster ini akan bermain. Di sini ada orang yang baik dan tidak baik. Yang kurang baik inilah saya sebut MANUSIA BARBAR TERDIDIK. Dia akan kerjasama dengan tukang pakang dan tuan takur untuk mencari keuntungan dalam permasalahan para debitur untuk menjual/melelang aset-aset debitur sambil mencari keuntungan di dalam penderitaan orang lain sambil mengejar target.

3. Tipe Bankdit

Saya melihat terdiri dari pimpinan-pimpinan kalangan atas. Ini terjadi pada saya pribadi. Saya ingin melunasi kredit saya di salah satu bank di bulan Desember 2022 dengan harapan tidak adanya beban bunga karena dalam suasana wabah Covid-19 berdasarkan Peraturan OJK.

Hasil pembicaraan saya dengan pimpinan cabang utama dan disaksikan dengan seorang karyawati bagian penyelesaian kredit, dia mengatakan “lunasilah bulan ini, semua surat-surat (jaminan) akan saya serahkan.”

Tepat 20 Desember 2022 saya melunasi kredit ditambah dengan dengan uang administrasi Rp10 juta. Dalam kuitansi penyetoran, jelas sekali disebut uang berasal dari keluarga untuk pelunasan kredit.

Anehnya, jaminan saya tidak kunjung diberikan. Setelah mondar-mandir mengunjungi cabang utama ini keputusan berada di tangan direksi atas. Dan saya coba untuk bertemu dengan para direksi penentu itu, saya hanya dilayani dengan para sekretarisnya. Anehnya para karyawan tidak berani memberikan nomor HP para direksi tersebut.

Desas-desus dari penyelesaian kredit saya harus menambah Rp50 juta lagi. Sudah satu minggu uang saya persiapkan, tiba-tiba keputusan berbeda. Saya harus menambah hampir ¼ miliar alias Rp250 juta lagi. Akhirnya hutang saya lunasi pada 25 Januari 2023.

Kenapa saya namakan tipe Bankdit? Karena cara kerjanya tinggi unsur pemerasannya. Sebab tidak ada pembicaraan dari awal melainkan keputusan yang berubah sepihak.

4. Tipe Banksat

Sebetulnya pasca wabah Covid-19 secara pikiran sehat tidak perlu jor-joran untuk melelang aset-aset para debitur, sehingga perbankan tersebut memasang baliho-baliho dengan judul yang yang sangat memalukan debiturnya yaitu: LELANG AKBAR.

Bahkan, jangankan pengusaha menengah ke bawah, para importir pun banyak yang bangkrut. Sebetulnya saat wabah Covid-19 walaupun sudah masuk fase endemik, dua tahun ke depan para pengusaha pasti akan merasakan pahitnya kerugian.

Banksatnya perbankan, di samping menjatuhkan kredibilitas para debitur di dunia usaha dan juga menginjak-injak nilai aset para debitur/nasabah. Hutang pasti dibayar, bahkan kita sudah membuat surat kepada Banksat ini kalau kita akan melunasi pada akhir tahun 2024 dengan cara pencicilan tiap bulan. Kalau ada suasana yang menguntungkan akan kita bayar lebih cepat.

Banksatnya perbankan ini, tim penagihnya berkata kasar, tajam dan sangat menyakitkan sampai membuat surat kalau rumah harus segera dikosongkan yang belum tentu ujung pangkalnya, lebih biadab dari rentenir.

Sekarang timbul pertanyaan, apakah perbankan kita ini sudah dibeli oleh asing, penjajah (oligarki) karena cara kerjanya mencerminkan “MANUSIA BARBAR TERDIDIK”? (*)

Exit mobile version