Peluang Ganjar-Anies

Pendamping Anies tak kunjung ditetapkan, tapi tudingan pengkhianat sudah mulai dilontarkan

Politisi Partai Gelora, Erizal. (Foto: Dok. Istimewa)

Politisi Partai Gelora, Erizal. (Foto: Dok. Istimewa)

Oleh: Erizal-Politisi Partai Gelora

Memasangkan Ganjar-Anies justru muncul dari politisi PDIP Said Abdullah. Tentu, bukan Anies dan Ganjar. Kalau ini lebih mustahil lagi, meski politik tak ada yang mustahil. Ganjar-Anies saja masih dianggap gimmick. Menyatukan air dan minyak. Apalagi, Anies-Ganjar. Jalannya, kabur.

Kalau Ganjar-Anies jalannya masih ada. Koalisi yang mengusung Anies sedang ada persoalan. Pendamping Anies tak kunjung ditetapkan, tapi tudingan pengkhianat sudah mulai dilontarkan. Sepertinya, satu pihak sudah tahu langkah dari pihak lain. Jalan lain sudah dibuka jika mentok.

Maka, koalisi Anies bubar dan berlanjut, sama besarnya. Jika bubar, opsi Ganjar-Anies terbuka lebar. Parpol mana yang mengusulkan Anies ke PDIP? Bisa NasDem, bisa juga Demokrat. Tapi tak bisa dua-duanya. Dan tak bisa, PKS. Rumit.

Demokrat bisa, karena sudah dua kali AHY bertemu Puan. Siapa tahu sudah ada deal-deal di situ. Tapi, apa mungkin deal Demokrat soal Anies, bukan AHY? Ini faktor yang membuat Demokrat tak bisa. Apalagi Demokrat oposisi.

Maka, NasDem lebih bisa. Selain masih dalam pemerintahan, NasDem punya sejarah bersama PDIP, pada Pilpres 2014, lalu. Nostalgia ini bisa diingat lagi. Apalagi, sejak awal, Anies bersama NasDem, tidak Demokrat. Irisan pemilih cocok. Saling mengisi, saling menguatkan. Potensial.

Dua calon koalisi pemerintahan berkompetisi. Ganjar-Anies, diusung PDIP, NasDem, dan PPP. Prabowo-Muhaimin/Erick/Airlangga. Diusung Gerindra, PKB, Golkar, dan PAN. Kalau ada yang ogah, pindah ke Ganjar-Anies. Koalisi oposisi gagal. Demokrat-PKS, kurang. Jadi pendukung, tak lagi pengusung. Jokowi pasti mau. Ya kan? (*)

Exit mobile version