Bubar atau Berubah

Demokrat merasa dikhianati. Sebelumnya, stempel pengkhianat juga sudah diberikan. Siapa lagi, jika bukan buat NasDem?

Politisi Partai Gelora, Erizal. (Foto: Dok. Istimewa)

Oleh: Erizal – Politisi Partai Gelora

September tak jadi ceria. Bukan di tengah atau di akhir, tapi di awal. Politik langsung panas. Demam tinggi. Demokrat merasa dikhianati. Sebelumnya, stempel pengkhianat juga sudah diberikan. Siapa lagi, jika bukan buat NasDem?

Kali ini, tak hanya NasDem. Tapi juga Bacapres mereka sendiri, yakni Anies Baswedan. Andi Arief memakai istilah lain. Berdarah dingin dan pengecut. Demokrat merasa dipaksa menerima pasangan Anies-Muhaimin. Bukan Anies-AHY.

Demokrat langsung menjawab: TIDAK. Tak ada cerita pasangan Anies-Muhaimin. Pasangan ini dianggap tak sesuai dengan kesepakatan yang sudah dibuat. Dipaksa menerima pasangan ini sama saja pelecehan kepada Partai Demokrat.

Tapi, kalau benar Anies diberikan kewenangan menetapkan Bacawapresnya, maka tak ada pilihan lain, kecuali menerima dengan lapang dada. Tapi, Demokrat sudah punya target. Dari syarat² yang dibuat, hanya AHY pilihan Anies.

Inilah yang dipaksakan kepada NasDem. PKS tak masalah. NasDem kendala. Ternyata, Anies juga masalah. Jumpa pers habis bertemu SBY baru² ini, ternyata hanya gincu. Masalah bukan lagi Cawapres, tapi pemenangan. Hanya lakon.

Koalisi Perubahan sudah bubar atau berubah. NasDem dan Anies tak bisa disebut lari. Sebab PKS resmi pula ikut di belakang. Sisa Demokrat sendiri. Tanpa PKS, sebetulnya NasDem-PKB sudah cukup. Tapi, PKS tak sekuat Demokrat terkatung-katung di tengah gelombang politik. (*)

Exit mobile version