Manisnya Baliho

Ketua KPP Padang, Asril Manan. (Dok. Istimewa)

Asril Manan. (Dok. Istimewa)

Oleh:
Asril Manan

Tulisan kali ini masih menyoroti sistem kita berdemokrasi yang sangat “boros” tetapi hasilnya yaitu untuk kepentingan rakyat dan umat beragama secara merata dari kota sampai ke desa-desa, dari Sabang sampai Merauke, sangat diragukan.

Demokrasi seharusnya bisa melahirkan pemimpin yang profesional dan tangguh serta berfikir dan berbuat untuk kemajuan bangsa. Sebaliknya demokrasi yang tidak benar hanya akan melahirkan pemimpin dan wakil rakyat yang cinta dunia dan lupa akan tugas dan tanggung jawab mereka sebagai wakil rakyat.

Mendekati masa pemilu kita sama-sama saksikan “baliho” terpampang dimana-mana dari ukuran sangat besar dan mahal yang letaknya di tempat-tempat strategis, sampai ukuran kecil dan menengah yang dipasang sampai di wilayah-wilayah RT/RW.

Kalau kita perhatikan dengan cermat berbagai macam “wajah” muncul di dalam baliho caleg di Sumatra Barat. Mulai dari wajah yang sangat membosankan sampai ke wajah pensiunan, dari wajah “anak muda” sampai ke wajah “wanita cantik”, bahkan wajah ustad-pun sudah mulai muncul dan ada pula wajah mantan narapidana korupsi.

Sekarang timbul pertanyaan apa sih yang dikejar mereka, ketenaran, materi ataukah hasil pertanggung jawaban yaitu mewakili dan melindungi rakyat?

Menjadi Anggota DPR/DPD dari segi jaminan kehidupan, luar biasa sangat menjanjikan, sehingga manusia yang menjadi anggota DPR/DPD semenjak awal reformasi sampai sekarang tidak mau berhenti dan bahkan istri dan anak-anak cucu mereka juga masuk menjadi Anggota DPR/DPD tersebut.

Sekarang mari kita pertanyakan kembali dari segi tugas dan tanggung jawab, kalau menurut pendapat pribadi disinilah yang sangat memprihatinkan, anggota DPR/DPD yang tugas dan tanggungjawabnya sudah jelas sebagai lembaga penampung aspirasi masyarakat dan pengawasan serta dan kontrol terhadap pemerintah, ternyata belum seperti yang di harapkan oleh seluruh rakyat Indonesia.

Kalau kita perhatikan sistem demokrasi kita makin hari makin berkualitas kehancurannya, makin hari makin berkualitas keburukannya, suara rakyat bisa saja dibeli dengan bermacam cara, wasit bisa saja jadi pemain, sedangkan perangkat hukum sudah jadi alat politik, dengan air mata yang berlinang saya berani mengatakan “Bangsa kita sekarang sedang sakit”.

Menurut pendapat pribadi ada 4 sumber penyakit bangsa kita saat ini:

1. Paham Komunis (Atheis), yang sudah lama muncul, sehingga ada oknum pejabat negara yang dengan beraninya menyatakan sudah risih mendengarkan suara azan dan zikir umat Islam;

2. Paham Sekuler, yang berusaha memisahkan antara agama dengan kehidupan masyarakat. Menurut mereka agama hanya untuk di masjid saja, keluar dari masjid silakan berbuat sekehendak hati.

3. Paham Pluralisme, yaitu paham yang menganggap semua agama sama, yang sangat menggerogoti akidah umat Islam.

4. Paham Liberalisme, yaitu paham kebebasan tanpa batas, asal tidak menggangu hak orang lain, yang mengakibatkan kehancuran moral dan akhlak kehidupan kita berbangsa.

Keempat paham inilah yang telah menghancurkan rasa nasionalisme kebangsaan kita dan merusak akidah umat Islam, simbol “keagamaan” hanya sebagai alat politik.

Sebagai penutup, untuk keluar dari semua permasalahan tersebut obat satu-satunya menurut pendapat pribadi adalah kembali kepada UUD 1945 dan Pancasila, secara benar dan menyeluruh bukan sebagai mainan bibir saja. (*)

Exit mobile version