Kemudian bicara peluang Mahyeldi di Pilgub Sumbar, menurut Andri sebagai incumbent, Mahyeldi diuntungkan oleh popularitas dan kinerjanya. Mahyeldi masih dianggap calon yang kuat. “Kendati banyak yang meyakini Mahyeldi berpotensi menang, tapi tetap tergantung nanti siapa lawan politiknya,” tuturnya.
Sementara itu, Pakar Politik Unand Prof Asrinaldi, menilai majunya Epyardi di Pilgub Sumbar akan memberikan alternatif bagi masyarakat untuk memilih, bukan melawan kotak kosong. Epyardi dan juga kandidat lainnya sama-sama punya peluang untuk menang.
“Persoalan kalah menang adalah persoalan bagaimana meyakinkan masyarakat. Terlepas dari pribadinya (Epyardi), bagaimana karakternya biarlah masyarakat menilai,” ujarnya.
Sebagai incumbent, Mahyeldi kata Asrinaldi mempunyai kans besar untuk menang. Salah satunya karena kuatnya basis partai pendukung Mahyeldi, PKS di Sumbar.
Kendati demikian, Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Politik ini melihat keputusan Epyardi maju diyakini sudah melalui pertimbangan matang. Dibutuhkan strategi yang baik untuk bisa mengalahkan gubernur incumbent. “Saya rasa Epyardi sudah mengukur kemampuannya, makanya dia berani menyatakan maju,” ujarnya.
PAN di Sumbar kata Asrinaldi, termasuk partai yang kuat dan meraih 8 kursi di DPRD Sumbar pada Pileg 2024. Untuk mengusung Epyardi, dibutuhkan tambahan kursi, sehingga PAN harus berkoalisi dengan partai lain.
Koalisi Pilpres yang telah terjalin sebelumnya menurut Asrinaldi bisa saja kembali dilakukan dilakukan karena akan lebih memudahkan komunakasi antara partai di koalisi. “Dalam proses Pilgub saya pikir tidak ada hubungan dengan koalisi di Pilpres. Cuma, kalau pun itu dilakukan maka komunikasi akan lebih mudah. Ditambah lagi yang menentukan siapa calonnya nanti kan di tingkat pusat juga,” tuturnya. (rdr)