Selain itu, katanya, minimal dari dua Pilpres 2014 dan 2019 di Sumbar, adalah basis kekuatan oposisi dari Pemerintahan Jokowi. “Kalau kita lihat dua Pilpres terakhir, Sumbar bukan lumbung suara Pak Jokowi. Pendukung kuat Pak Prabowo. Bagaimana konstelasi Sumbar pasca-Prabowo gabung Jokowi di pemerintahan? Apakah ada perubahan karena bagian dari Jokowi, ataukah stabil dan tak ada perubahan, ini yang menarik,” katanya.
Pakar komunikasi politik Effendi Gazali mengatakan, Sumbar menarik, selain masyarakat egaliter, juga banyak menghasilkan tokoh-tokoh nasional. Hasil di Sumbar ini sejalan dengan yang terjadi di tingkat nasional. Efendi mencatat, keunggulan Prabowo adalah cerminan dari seberapa rajin tokoh-tokoh partai ini berkolaborasi dengan daerah. Mau turun ke derah.
“Apalagi kita melihat di Sumbar, ada nama yang cukup sering disinggung yaitu Ketua Gerindra Sumbar Andre Rosiade. Di Sumbar begitu banyak balihonya, besar-besar. Saya lihat baliho Prabowo Subianto dan Andre Rosiade cukup banyak, bersaing dengan Anies bersama tokoh-tokoh lokal. Bahkan, Andre sudah seperti Cawapresnya Prabowo. Tapi tentu itu bukan soal baliho saja, tapi juga bagaimana kerja-kerja mereka di Sumbar,” katanya.
Naiknya survei Prabowo kembali, kata Efendi, dapat dikaitkan dengan temuan di lapangan, yaitu kerja keras semua elemen. Turun ke daerah, berkolaborasi dengan mesin partainya di daerah. “Saya rasa Andre Rosiade mencatat betul, dia pasti ingin lebih tinggi. Komunikasi politiknya strategis sekali. Sama seperti di tingkat pusat. Pak Jokowi sama Ganjar mungkin bersama sekali, tapi sama Prabowo empat kali,” katanya.
Poin lainnya, kata Efendi, dengan naik kembalinya survei Prabowo, artinya orang yang sempat marah kepada Prabowo karena bergabung dengan Jokowi mulai menurun. “Orang Sumbar marah, tapi apakah dendam atau tidak. Kenapa Capres kami masuk pemerintahan, jadi Menteri Pertahanan. Mereka marah 2019. Seiring dengan perjalanan waktu, yang marah terpecah dua. Ada yang masih dendam, ada yang sudah berubah. Tidak menjadi dendam berkepanjangan. Orang egaliter punya sikap jelas,” katanya.
Efendi juga mencermati, naiknya dukungan generasi muda kepada Prabowo yang signifikan. “Mungkin saja mereka begitu memahami apa yang disajikan Prabowo dan Andre Rosiade di Sumbar. Di medsos, tim Prabowo di pusat atau daerah kuat. Golongan muda lebih gampang ke Prabowo. Dengan usaha tim Prabowo dan Andre, mereka mampu bertarung, khususnya media, medsos dan mulut ke mulut, berhasil. Kalau mulut ke mulut, orang Sumbar itu lebih pandai dengan carito lapau. Lebih hebat dari kantor berita manapun. Semua komplit di situ,” katanya.
Efendi mengucapkan selamat kepada Gerindra, Andre Rosiade, Tim 08 (Prabowo) dan timnya yang sudah berhasil mengejar ketertinggalan. Tiba-tiba menjadi terdepan. “Bahkan, kalaupun MK mengabulkan soal batas umur Capres-Cawapres dan Gibran masuk jadi wakil Presiden, tidak akan berpengaruh di Sumbar. Jadi, orang Sumbar tak perlu menunggu MK, walau Prabowo membawa Gibran jadi Cawapres,” katanya
Dosen FISIP Unand Ilham Aldelano Azre menyebut, luar biasa Sumbar, langsung dua peneliti yang menyampaikan hasil survei, Burhan dan Rizka Halida. Artinya, Sumbar penting untuk Indikator. Naiknya kembali survei Prabowo juga mendapatkan catatan, karena beberapa hal.
“Kemungkinan karena kader-kader atau anggota DPR-nya bekerja nyata di tengah masyarakat berakibat beda elektabilitas Prabowo dan Caleg. Apalagi Prabowo sebelumnya datang ke Sumbar sebulan sebelum survei dilaksanakan. Ini membawa perubahan luar biasa. Ini berpengaruh juga. Ini berdampak signifikan,” katanya.
Azre juga melihat, tim Anies Baswedan kurang pandai menjaga momentum suara yang sudah tinggi di awal 2023. “Kita melihat, apakah mereka benar tidak mampu menjaga suara yang telah ada. Kalau simulasi presiden ini, hanya 17 persen lagi yang menyatakan tidak tahu atau belum menentukan pilihan. Artinya masyarakat Sumbar sudah menentukan pilihan. Yang akan terjadi perang Anies dan Prabowo. Siapa yang saling curi suara ke depan. Meski angka yang tinggal itu tidak bisa berpengaruh. Mungkin yang dilihat adalah strong voternya lagi, apakah masih bisa berubah pilihan atau tidak,” katanya.
Direktur Survei Spectrum Politika Andri Rusta menyebutkan, Sumbar punya diferensiasi dalam dua Pilpres dari nasional. Apakah trennya kembali, akan dilihat di 2024. Survei Prabowo naik dari Januari ke Juli, sementara Anies turun dan Ganjar tetap. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal itu, kemungkinan karena kedatangan Prabowo ke Sumbar sebelum survei.
“Karena survei dilakukan dekat dengan kedatangan Prabowo ke Sumbar. Bahkan di beberapa tempat, Pak Prabowo datang disambut masyarakat. Juga mengundang para tokoh dan menjelaskan alasan bergabung dengan Jokowi. Tidak berkhianat, tapi demi menyelamatkan bangsa. Ini mungkin berdampak kepada preferensi masyarakat terhadap Prabowo,” katanya.
Hal lainnya, karena kerja-kerja dari partai pendukung, utamanya Gerindra. Karena linear antara hasil survei Pileg dan Pilpres. Baik DPR RI dan DPRD Sumbar. “Berbanding terbalik dengan partai pengusug lain. Ada Caleg yang hanya berharap coattail effect Capres saja, tapi tidak berdampak kepada Capresnya. Tidak disadari, Bacaleg ini tidak menambah suara Capres dan partai, tapi hanya mendapat dampak dari Capres saja.
“Kita melihat, Prabowo dan Anies sudah memenuhi eskpektasi orang Sumbar memilih pemimpin berdasarkan tokoh, takah dan tageh. Secara umum Prabowo dan Anies masih imbang di Sumbar. Pak Ganjar mungkin sudah diabaikan. Dinamika politik di Sumbar masih dinamis. Jangan hanya euforia saja di masyarakat. Tapi harus mampu menjaga momentumnya,” kata Andri. (rdr)