Ketika terbuka pada bagian pusat bunga berwarna cokelat. Berbulu rapat sepanjang kurang lebih satu centimeter membulat bergaris tengah sekitar empat centimeter. Sedang ke arah luar berwarna putih melingkar pada area selebar lima centimeter berbulu pendek dengan warna coklat.
Bagian berwarna merah-cokelat mengkilap tanpa bulu disebut “cuping” (lobus) berbentuk lanset sebanyak 14-18 lobus dengan tambahan bangunan bagai cacing yang makin ke ujung bentuknya semakin meruncing. Panjangnya kurang lebih tujuh centimeter dan memiliki warna bunga yang cantik dan dapat bertahan sekitar 5-7 hari.
“Saat itulah semut akan datang berbondong-bondong menutupi hampir seluruh permukaan bunga,” katanya
Setelah itu warnanya akan berangsur kusam menjadi hitam lalu membusuk. Dari ukuran sebesar kelereng sampai besar dan terbuka atau mekar dibutuhkan waktu yang cukup lama mencapai dua tahun.
Rhizanthes memiliki kemiripan karakter fisik dengan bunga Rafflesia, yaitu tidak memiliki batang, akar, daun, dan klorofil. Tumbuhan itu tidak dapat melakukan fotosintesis sehingga bergantung kepada inang untuk mendapatkan makanan.
Rhizanthes berbeda dengan tumbuhan parasit benalu (Loranthaceae) yang memiliki daun batang dan akar dan mampu memproduksi karbohidrat. Rhizanthes memperoleh energi dan makanan dari inangnya yaitu Tetrastigma lanceofolia, tumbuhan berkayu memanjat yang dapat tumbuh hingga 50 meter.
Beberapa diantara jenis rhizhanthes yaitu rhizanthes zippeli amat sulit dijumpai karena habitatnya dialam yang cenderung tumbuh dihutan hujan tropis yang sangat rapat diantara semak dan terkadang dijumpai di lereng yang curam menambah makin langkanya tanaman ini.
Tumbuhan yang biasa hidup di daerah dengan ketinggian 500-1.300 mdpl itu antara lain ditemukan di Pulau Sumatera, khususnya Sumatera Barat. Beberapa kali dilaporkan tumbuhan unik dan langka ini ditemukan di kawasan Cagar Alam Maninjau di Kabupaten Agam.
Kerusakan habitat akibat alih fungsi pemanfaatan hutan turut mengancam kelestarian tumbuhan bunga langka tersebut. (rdr/ant)