Memberikan pakan ikan dengan jumlah yang sesuai kebutuhan ikan dan terpenting adalah secara perlahan-lahan mulai mengurangi jumlah keramba jaring apung, sehingga mencapai batas maksimal yang diperbolehkan, bukan malah menambahnya.
Sedangkan terkait dengan faktor menurunnya kualitas induk atau benih ikan, secara bertahap sedang mengupayakan solusinya melalui pembinaan penerapan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) dan penyediaan calon induk ikan unggul dari APBD dan APBN.
“Ini program kita ke depan, agar bibit yang dihasilkan menjadi unggul,” katanya.
Sebelumnya ia telah menginstruksikan jajarannya melakukan pemantauan ke salingka Danau Maninjau dalam mewaspadai cuaca ekstrem. Selain itu, ini juga dalam menindaklanjuti adanya simpang siur berita kematian ikan di keramba jaring apung pada Selasa (28/2/2023) telah menimbulkan polemik pada beberapa kalangan masyarakat.
Hasil pemantauan di lapangan dan koordinasi dengan Pemerintahan Nagari Koto Kaciak, Bayua, Maninjau dan Tanjung Sani, sampai kondisi Kamis (2/3/2023), diperoleh hasil bahwa fakta di lapangan tidak sebesar informasi yang beredar dan tidak ada kematian ikan secara massal.
Di Danau Maninjau, tambahnya, tidak terdapat bangkai ikan yang menumpuk-numpuk sebagaimana informasi yang beredar. “Aroma udara sepanjang perjalanan dalam melakukan monitoring juga normal, tidak tercium aroma bangkai, busuk atau amis,” katanya. (rdr/ant)