Pemko Bukittinggi Rilis 18 Kasus HIV/AIDS selama 2021, Didominasi Laki-laki Berusia 25-49 Tahun

Wali Kota Bukittinggi sampaikan data kasus HIV 2021. (Antarasumbar/Al Fatah)

BUKITTINGGI, RADARSUMBAR.COM – Pemerintah Kota (Pemko) Bukittinggi merilis temuan kasus HIV/AIDS di kota itu berjumlah 18 orang di 2021 yang menurun dibanding 2020 yang tercatat 34 orang.

Wali Kota Bukittinggi, Erman Safar menyatakan hal itu dalam jumpa pers di Rumah Dinas Wali Kota Bukittinggi, Rabu (1/12/2021). Penurunan ini dilihat dari berkurangnya angka kunjungan ke fasilitas kesehatan (Faskes) dimasa pandemi COVID-19. “Pada 2021, sejak Januari hingga Oktober, telah dilakukan tes VCT kepada 1.045 orang, ditemukan HIV/AIDS positif 18 orang. Kasus HIV/AIDS positif ini, juga masih didominasi laki-laki dengan rentang umur 25-49 tahun,” jelasnya.

Dari jumlah itu, menurutnya hanya satu orang yang ber-KTP Bukittinggi dan Pemko akan melakukan berbagai upaya agar tahun selanjutnya tidak ada penambahan kasus lagi.

Jumlah 18 orang itu, menjadikan Kota Bukittinggi menjadi terbanyak kedua di Sumatera Barat setelah Kota Padang, karena faskes di Bukittinggi menjadi salah satu lokasi tempat pelayanan dari penanganan HIV/AIDS di Sumatera Barat sehingga data yang ada di rumah sakit itu, tercatat sebagai kasus Kota Bukittinggi.

Erman mengungkapkan, Pemko Bukittinggi berkomitmen untuk mengakhiri penyebaran HIV/AIDS, ketidaksetaraan sosial, bahaya pandemi COVID-19 yang tak kunjung usai dan mengancam kesehatan manusia. Pemko juga fokus pada kesetaraan kampanye ini, untuk memastikan bahwa setiap orang memiliki akses yang sama untuk pencegahan, pengujian dan perawatan penyakit HIV/AIDS.

Untuk antisipasi hal tersebut, tentu butuh kerjasama seluruh pihak, untuk mengantisipasi persoalan ini, khususnya dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA).

“Dua tahun terakhir, KPA tidak banyak kegiatan karena terkendala anggaran, selanjutnya akan kembali kita anggarkan, agar KPA dapat kembali bergerak untuk meminimalisir peningkatan kasus HIV/AIDS serta menahan laju dan mengurangi angka LGBT di Bukittinggi,” jelasnya.

Menurut dia, permasalahan itu harus dituntaskan secara bersama dengan KPA, alim ulama serta melalui dunia pendidikan dengan merencanakan untuk penambahan jam pelajaran bagi pelajar SD dan SMP. “Pelajar akan diberikan tambahan lima mata pelajaran, BAM, Fiqih, Alquran Hadist, Sejarah Islam, Aqidah Akhlaq, ini akan kita mulai pada awal tahun ajaran baru,” tutupnya. (ant)

Exit mobile version