Marah Gegara Gubernur Singgah Sahur Tak Minta Izin, Bupati Solok: Dia Gak Punya Daerah Kekuasaan

Tolong kasih tahu sama Pak gubernur ini, tolong belajar

Tangkapan layar video bupati marah-marah. (Dok. Tiktok @udatocco10)

AROSUKA, RADARSUMBAR.COM – Video Bupati Solok Epyardi Asda marah-marah kembali viral di dunia maya. Dalam video yang diunggah akun @udatocco10 di platform TikTok tersebut, tampak Sang Bupati menyampaikan unek-uneknya kepada warga dan wartawan yang hadir terkait tindakan Gubernur Sumbar Mahyeldi yang dinilai tak minta izin terlebih dulu ketika mendatangi Kabupaten Solok untuk melakukan program Singgah Sahur.

“Kembali Viral. Video Bupati Solok H Epyardi Asda marah-marah di hadapan warga dan awak wartawan karena tidak terima karena tidak diberitahu oleh Gubernur Sumatera Barat Buya Mahyeldi SP saat singgah sahur di salah satu rumah warga di daerah Jawi-jawi Guguak, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Senin (18/3/2024). Seperti dalam video, sang Bupati terlihat amat marah karena Gubernur telah lancang datang ke daerahnya tanpa memberitahu sedikit pun,” tulis caption dalam video berdurasi 6 menit 34 detik tersebut.

Epyardi menilai Gubernur selama ini kurang koordinasi jika ada kegiatan yang dilaksanakan di kabupaten/kota.

“Dia datang ke semua daerah Sumatera Barat ini, nggak pernah ngasih tahu sama bupati, wali kota. Ujung-ujungnya datang ke tempat orang seperti malam ini. Mau datang ke Cupak, mau datang ke sini, dibawanya kadernya. Emangnya Solok ni negara PKS apa? Ini negara ini ada aturannya”

“Bahasa Minang itu ada pepatah ciek rumah gadang ciek lasuang dan ciek tungganai. Ciek lasuang ciek ayam gadang, ciek rumah gadang ciek tungganai,” timpal politisi PAN ini.

Menurutnya, seorang gubernur harus paham dengan tupoksinya. “Gak bisa seenak udelnya. Mentang-mentang dia jadi gubernur dia seenak udelnya. Nggak bisa, dia gak punya daerah kekuasaan. Dia hanya bersifat koordinator. Tolong kasih tahu sama Pak gubernur ini, tolong belajar. Kalau nggak, tanya sama orang, apa tupoksinya dia sebagai Gubernur,” kritik Epyardi.

Saking kesalnya, Epyardi juga mengungkit-ungkit “perseteruannya” dengan Gubernur Sumbar soal pembangunan objek wisata di Danau Singkarak yang gagal terlaksana.

Dia juga menceritakan sebab musabab mengapa dilakukannya pembangunan objek wisata di Danau Singkarak.

“Waktu ingin membangun Kabupaten Solok (objek wisata di Danau Singkarak), saya undang Pak Gubernur. Bahkan kita disuruh untuk dilanjutkan. Gubernur minta temui kepala dinas untuk secepatnya mengeluarkan izin. Saya perintahkan Sekda ke provinsi, tapi setiba di provinsi tak ada satupun kepala dinas yang mau menemui Sekda saya,” papar Epyardi.

Epyardi mengaku kemudian menemui BPN dan mengumpulkan pihak nagari untuk membicarakan terkait pembangunan Danau Singkarak tersebut. Dari pertemuan itu disepakati bahwa pembangunannya akan dikerjakan oleh CV Anam Daro. Lalu juga disepakati bahwa nanti pengelolaannya akan dihibahkan ke nagari.

“Tapi seminggu setelah itu Kadis Perikanan Sumbar melaporkan saya ke KPK karena pembangunan yang dilakukan itu dianggap telah merusak pantai, merusak Danau Singkarak. Segitu kejamnya mereka. Sementara gubernurnya menyuruh kita membangun balkon-balkon, anak buahnya melaporkan kita ke KPK,” sindir Epyardi.

Epyardi tak habis pikir, niat baiknya untuk membangun Kabupaten Solok banyak mendapatkan hambatan.

“Saya sedih Pak. Padahal saya tujuannya untuk membangun kampung halaman. Kalau boleh saya ngomong Pak, Cinangkiak itu saya investasi habis 200 miliar, Pak. jangankan untuk pulang modal, untuk bayar gaji karyawan saja tiap bulan saya harus nombok, Pak,” akunya.

“Yang saya harapkan Solok ini berkembang dan bangkit. Dulu kita terpuruk di semua lini, sekarang kita sudah terbaik. Setiap saat kita dapatkan penghargaan. Seharusnya kita ini dihargai oleh atasan kita,” kata Epyardi. (rdr)

Exit mobile version