Dirinya merasa dilecehkan di mana pada saat bersamaan ia juga nyaris tewas usai terjatuh dan motornya mengalami kerusakan pada salah satu bagian kendaraan itu.
“Ini apa namanya ini kalau bukan penghinaan, ini sudah menginjak harga diri saya, diberi uang Rp200 ribu sebagai bentuk permintaan maaf, saksinya ada loh saat itu. Namun saya bilang, duit saya masih ada dan ini bukan masalah uang semata,” katanya.
Peri mengatakan, dirinya sempat dimediasi oleh wali nagari dan Bintara Pembina Desa (Babinsa) setempat, serta sudah menunggu itikad baik dari pihak Pemkab Solok, dalam hal ini sosok Kabag Umum.
“Saya sudah minta agar Kabag Umum itu datang langsung menghadap atau menemui saya, namun belum ada tanda-tandanya. Bahkan saya sudah lapor ke Camat, Sekda hingga Wakil Bupati,” katanya.
“Dia (Kabag Umum) sempat berjanji hendak menemui saya di Sumani, namun pada waktu yang ditentukan dia tidak datang. Satu sisi saya merasa tidak dihargai, satu sisi saya juga rugi karena harus membayar makanan dan minuman sejumlah orang yang ikut hadir dalam pertemuan itu,” katanya.
Merasa kecewa, Peri bahkan memposting kekecewaannya di platform media sosial (medsos) Facebook dan menyampaikan keluh kesah yang sama.
Hingga berita ini dirampungkan, belum ada tanda-tanda perdamaian dari kedua belah pihak. Radarsumbar.com juga masih mencoba mencari informasi kepada Pemkab Solok terkait duduk masalah kejadian tersebut. (rdr-008)