Stunting Sangat Berbahaya, Fasilitas yang Bersih Bisa Jadi Pencegah

Stunting pada anak bisa sangat berbahaya. Karena, dapat mengakibatkan penurunan fungsi otak, berkurangnya kualitas pendidikan dan produktivitas dimasa yang akan datang.

Ketua FKIK-SP Ny Fery Sarvino menyerahkan bantuan PMT dari FKIK-SP untuk Baduta Stunting dan Ibu Hamil di Nagari Labuah Panjang, Kecamatan X Koto, Kabupaten Solok, kepada Asisten Bidang Pemerintahan dan SDM Kabupaten Solok Muliadi Marcos. (dok. Humas)

Ketua FKIK-SP Ny Fery Sarvino menyerahkan bantuan PMT dari FKIK-SP untuk Baduta Stunting dan Ibu Hamil di Nagari Labuah Panjang, Kecamatan X Koto, Kabupaten Solok, kepada Asisten Bidang Pemerintahan dan SDM Kabupaten Solok Muliadi Marcos. (dok. Humas)

SOLOK, RADARSUMBAR.COM – Kepala Bidang Program TJSL BUMN Unit CSR PT Semen Padang, Nurwan ikut hadir mewakili Direktur Utama PT Semen Padang Asri Mukhtar Dt Tumangguang Basa dalam bantuan program stunting di Solok.

Kata dia, stunting pada anak bisa sangat berbahaya. Karena, dapat mengakibatkan penurunan fungsi otak, berkurangnya kualitas pendidikan dan produktivitas dimasa yang akan datang.

Stunting juga berdampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas.

Untuk itu sebagai BAAS di Sumbar, PT Semen Padang membantu penyediaan air bersih dan penyediaan jamban keluarga. Dan, diharapkan, fasilitas ini nantinya dapat mempercepat penurunan angka stunting di Labuah Panjang.

“Fasilitas air bersih berupa perbaikan bak penampungan air itu kami bangun di 2 lokasi di Labuah Panjang, yaitu di Luak Peraku Jorong Guguak Tabaru dan di Jorong Batu Tungga. Selain perbaikan bak penampungan, kami pun juga melakukan perbaikan bak intake utama yang lokasinya berada di Jorong Batu Tungga dan Pandan Tinggi,” ujarnya.

Kepala Departemen Komunikasi & Hukum Perusahaan PT Semen Padang Iskandar Z Lubis menyebut bahwa bantuan ini merupakan bentuk komitmen PT Semen Padang melawan stunting dan kegiatan kali ini merupakan tindaklanjut dari pertemuan dengan PPKBP3A, IIP BUMN Wilayah Sumbar dan FKIK Semen Padang beberapa waktu lalu.

“Bantuan ini sejalan dengan kampanye kita di Semen Padang, yaitu “Perang Melawan Stunting” yang tentunya juga sejalan dengan program pemerintah.

Selain di Labuah Panjang, di beberapa tempat, teruma di lingkungan perusahaan, Semen Padang juga menjadi Bapak Asuh Anak Stunting. Hal ini, sebagai bentuk tanggung jawab kita bersama,” katanya.

Kepala BKKBN Perwakilan Sumbar Fatmawati juga mengapresiasi PT Semen Padang, IIP BUMN Sumbar dan FKIK-SP. Karena, pemberian bantuan ini adalah bagian dari upaya untuk mengidentifikasi kasus stunting di Kabupaten Solok, khususnya Labuah Panjang. Apalagi, Labuah Panjang sendiri lokasinya berada di atas perbukitan yang tentunya minim sumber air bersih.

“Jadi, pemberian bantuan PMT dan juga penyediaan air bersih untuk Labuah Panjang ini adalah bantuan yang sangat prioritas nasional dalam pencegahan maupun penurunan angka stunting.”

“Kami dari BKKBN Sumbar, mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada IIP BUMN Sumbar, Semen Padang dan FKIK-SP,” katanya.

Menurutnya, bantuan dari IIP BUMN Sumbar, PT Semen Padang dan FKIK-SP ini, tentunya merupakan salah satu bentuk upaya maksimal dari salah satu unsur mitra kerja dari Pemkab Solok.

Apalagi dalam Perpres No72 tahun 2021, juga dijelaskan bahwa dalam penanaganan kasus stunting sangat diharapkan pendekatan dari mitra kerja.

“Kalau pemerintah saja yang memang porsinya terbatas untuk advokasi dan edukasi, makanya butuh pihak lain (mitra) untuk penanganan stunting ini.”

“Namun, untuk mencegah terjadinya stunting harus ada upaya mengawal mulai dari 1000 Hari Pertama Kehidupan, yaitu pada saat terjadinya konsepsi sampai usia anak 2 tahun,” ujarnya.

Di dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan tersebut, Fatmawati menyampaikan harus ada pendampingan secara maksimal dan upaya intervensi kepada calon pengantin yang akan menikah, terutama terkait kebutuhan gizi pada ibu hamil ketika sudah menikah dan hamil.

Karena, kalau sudah terjadi stunting dan dilakukan intervensi terkait kebutuhan gizinya, keberhasilannya hanya 20 persen.

“20 persen ini hasil penelitian. Makanya di 1000 Hari Pertama Kehidupan ini, kita harus mengawalnya sejak awal. Harus ada intervensi kepada calon pengantin yang akan menikah, sehingga pada saat kehamilan, tidak melahirkan anak yang stunting,” ujarnya. (rdr)

Exit mobile version