SARILAMAK, RADARSUMBAR.COM – Tokoh muda Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Limapuluh Kota, M. Fajar Rillah Vesky, berharap kepada Presiden Joko Widodo bersama keanggotaan Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan, agar dapat menetapkan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia asal Sumatera Barat, Chatib Soelaiman, sebagai Pahlawan Nasional.
Harapan tersebut disampaikan M. Fajar Rillah Vesky, usai mendampingi Bupati Safaruddin Datuak Bandaro Rajo beserta pengurus dan Bacaleg Partai Golkar se-Limapuluh Kota, berziarah ke Makam Pahlawan Lurah Kincia, Situjuah Batua, Jumat (20/10/2023) pagi. Dimana di makam pahlawan kabupaten tersebut, juga terdapat makam Chatib Soelaiman dan para pejuang yang gugur dalam Peristiwa Situjuah, 15 Januari 1949.
“Kita berharap kepada Bapak Presiden bersama Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan, agar dapat menetapkan Chatib Soelaiman sebagai Pahlawan Nasional. Ini sesuai dengan usulan masyarakat melalui Pemprov Sumbar dan Pemko Padangpanjang, serta rekomendasi dari Pemkab Limapuluh Kota dan Pemkab Tanahdatar,” kata M. Fajar Rillah Vesky.
Menurut M. Fajar Rillah Vesky yang merupakan penulis buku “Tambiluak, Tentang PDRI dan Peristiwa Situjuah”, Chatib Soelaiman adalah pejuang yang tidak hanya menyumbangkan pikiran, gagasan, waktu, dan tenaga untuk merebut kemerdekaan Indonesia, sampai-sampai ditahan Belanda dan Jepang. Bahkan, Chatib Soelaiman merelakan nyawanya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
“Chatib Soelaiman, putra Sumpur, Singkarak, Tanahdatar, yang melewati masa kecilnya di Pasa Gadang, Kota Padang. Kemudian, memulai pergerakan kebangsaan dari Padangpanjang dan Bukittinggi, lalu kembali ke Padang dan meninggal di Situjuah, Limapuluh Kota, adalah tokoh sentral perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Sumbar. Sangat layak beliau ditetapkan jadi Pahlawan Nasional,” kata Fajar Rillah Vesky.
Fajar pun mengutip kenangan yang pernah disampaikan ulama legendaris Ranah Minang, Buya Hamka tentang Chatib Soelaiman. Menurut Buya Hamka, perjuangan di Sumatera Barat tidaklah dapat memisahkan nama Chatib Soelaiman, baik di zaman Belanda atau pendudukan Jepang. Apalagi zaman sesudah Proklamasi.
“Bagi Buya Hamka, Chatib Soelaiman adalah pencinta tanah air sejati, loyal kepada yang di atas, setia kawan, dan keras hati. Buya Hamka juga menyebut Chatib kaya teori, penuh inisiatif, pandai merancang karya besar, tidak suka menonjolkan diri, dan rendah hati sebagai ciri pribadi yang kuat. Jiwanya mencerminkan masyarakat Minangkabau yang kuat berlandaskan ketaqwaaan dalam agama Islam,” kata Fajar.