Program Nabuang Sarok ini, lanjutnya, telah diluncurkan PT Semen Padang pada 5 Juli 2022 lalu untuk membantu pemerintah dalam mengatasi permasalahan sampah. Bahkan, sejak diluncurkan, program sudah banyak dimanfaatkan oleh sejumlah instansi dan juga masyarakat.
“Saat ini, sudah ada sekitar 150 ton sampah yang telah terkumpul di Nabuang Sarok. Sampah tersebut berasal dari 1400 member Nabuang Sarok yang terdiri dari masyarakat sekitar perusahaan, juga dari sejumlah instansi dan sekolah-sekolah, serta Bank Sampah, dan juga kelompok nelayan,” bebernya.
Rektor Unand, Efa Yonnedi, mengucapkan terima kasih kepada PT Semen Padang yang telah memberikan puluhan kepingan emas sebagai reward dari poin yang telah dikumpulkan oleh PPST Unand selama ini di program Nabuang Sarok.
“Kami sangat senang dengan reward emas yang kami dapat. Tentunya, reward ini mengartikan bahwa Unand sendiri berhasil mengolah sampah menjadi emas. Ini luar biasa sekali,” kata mantan Dekan Fakultas Ekonomi Unand ini.
Sampah dan ranting kering yang diolah menjadi residu biomassa kering ini, tambah Rektor, berasal dari daun-daun kering yang dikumpulkan dari sekitar lingkungan kampus. “Dalam pengolahannya, PPST Unand menggunakan teknologi TOSS,” ujarnya.
Dikutip dari laman Unand, Dr. Ir. Fadjar Goembira selaku Tim Green Campus Unand menjelaskan bahwa teknologi TOSS ini memiliki prinsip untuk mengolah sampah menjadi bahan bakar alternatif, sehingga masalah sampah dapat teratasi.
“Jadi, bahan bakar alternatif ini dapat digunakan oleh PLN dan Pabrik Semen untuk mengganti sebagian bahan bakar batubara, sehingga tidak hanya masalah sampah dapat diselesaikan, namun bahan bakar fosil dapat diganti menjadi non-fosil,” katanya. (rdr/rel/ant)