PADANG, RADARSUMBAR.COM – Dalam rangka memperingati hari HIV/AIDS Sedunia yang digelar setiap 1 Desember, PT Semen Padang seperti tahun-tahun sebelumnya, kembali menggelar sosialisasi bahaya HIV/AIDS kepada karyawan PT Semen Padang, di Cloub House PT Semen Padang, Selasa (10/12/2024).
Sosialisasi yang diikuti oleh puluhan karyawan PT Semen Padang itu, menghadirkan dokter perusahaan sekaligus Staf Health Unit Safety Health Environment (SHE) PT Semen Padang, dr. Andy Riva Dana, sebagai narasumber.
Selain sosialisasi tentang HIV/AIDS, pada kesempatan itu PT Semen Padang juga mengedukasi para karyawan tentang Mengendalikan Indeks Massa Tubuh (IMT) demi mendukung kesehatan karyawan. Edukasi ini disampaikan oleh dokter spesialis gizi klinik dari Semen Padang Hospital (SPH) dr. Ainil Mardiah, SpGK.
Kepala Departemen Komunikasi & Hukum Perusahaan PT Semen Padang, Iskandar Z Lubis, menjelaskan bahwa sosialisasi ini tidak hanya dilaksanakan untuk memperingati Hari HIV/AIDS Sedunia, tetapi juga sebagai bagian dari kewajiban perusahaan yang diatur oleh peraturan pemerintah dan ketenagakerjaan.
“Edukasi tentang HIV/AIDS merupakan amanat dari regulasi nasional karena penyakit ini telah menjadi isu kesehatan global. Kita harus sadar bahwa fenomena HIV/AIDS ibarat gunung es. Kasus yang terdeteksi hanya sebagian kecil dibanding jumlah sebenarnya yang tidak terlihat,” ujarnya.
Menurut Iskandar, penting bagi perusahaan untuk terus menyebarluaskan informasi mengenai HIV/AIDS agar masyarakat, khususnya karyawan, memahami cara penularan, pencegahan, hingga mengurangi stigma negatif terhadap penderita HIV/AIDS (ODHIV).
Dalam sesi sosialisasi, dr. Andy Riva Dana memaparkan bahwa HIV menular melalui berbagai cara seperti seks bebas, penggunaan jarum suntik bersama, dan transfusi darah yang terkontaminasi.
Meski demikian, ia menjelaskan bahwa penularan melalui transfusi darah kini sangat jarang terjadi karena proses seleksi dan pengujian ketat yang dilakukan sebelum donor darah.
Sebaliknya, HIV tidak menular melalui aktivitas sehari-hari seperti berbagi makanan, penggunaan toilet bersama, atau melalui sentuhan fisik seperti berjabat tangan.
“HIV hanya bisa menular melalui cairan tubuh seperti darah, cairan kelamin, dan ASI. Kontak sosial biasa tidak menularkan HIV,” jelasnya.
Andy juga menjelaskan tahapan perkembangan penyakit HIV hingga menjadi AIDS. Pada fase awal yang disebut “periode jendela” (3-6 bulan pertama setelah terinfeksi), seseorang mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun, tetapi tetap bisa menularkan virus.
“Setelah 5-8 tahun, gejala seperti penurunan berat badan drastis, sering merasa lelah, dan demam tanpa sebab mulai muncul.”
“Sistem kekebalan tubuh terus melemah, dan pada tahun ke-8 hingga ke-10, penderita bisa mengalami tahap AIDS dengan kondisi kesehatan yang sangat buruk dan berisiko menyebabkan kematian,” jelasnya.
Sementara itu, terkait dengan edukasi tentang Mengendalikan Indeks Massa Tubuh atau IMT, dr. Ainil Mardiah, SpGK menjelaskan bahwa IMT adalah ukuran yang digunakan untuk mengetahui status gizi seseorang berdasarkan berat dan tinggi badan.
IMT yang tidak ideal, terutama yang menunjukkan obesitas, dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit seperti hipertensi, diabetes, hingga penyakit jantung.
“Obesitas terjadi jika asupan energi lebih besar daripada energi yang dikeluarkan. Jika kondisi ini berlangsung dalam waktu lama, maka seseorang berisiko mengalami penyakit metabolik yang serius,” jelas dr. Ainil sembari menyebut pemahaman tentang IMT membantu kita mengatur pola makan dengan lebih baik.
Ia menekankan pentingnya menjaga pola makan seimbang dan memperhatikan kebutuhan energi harian sesuai dengan usia, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas fisik.
“Kita harus menyesuaikan porsi makan dengan aktivitas sehari-hari. Jangan makan berlebihan atau terlalu sedikit,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, peserta juga mendapatkan tips praktis menjaga berat badan ideal, seperti memilih makanan rendah lemak dan gula, meningkatkan konsumsi sayuran dan buah-buahan, serta rutin berolahraga. (rdr)