PADANG, RADARSUMBAR.COM – Sebuah insiden terjadi di saat wartawan meliput kepulangan warga Air Bangis, Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar), Sumatera Barat (Sumbar) pada Sabtu (5/8/2023) sore.
Insiden itu melibatkan oknum polisi dari Kepolisian Resor Kota (Polresta) Padang dengan wartawan Tribun Padang bernama Nandito Putra.
Peristiwa tersebut bermula di saat Nandito sedang mengambil dokumentasi terkait kepulangan warga Air Bangis dari Masjid Raya Sumbar.
Namun tiba-tiba, wartawan itu didatangi oleh sejumlah polisi yang melarang mengambil gambar hingga awak media lainnya yang mengetahui kejadian tersebut berusaha membela rekannya.
Salah satu polisi yang cukup keras dan diduga kuat mengintimidasi wartawan adalah Briptu WI. Briptu WI diduga merupakan anggota Polresta Padang.
WI cukup aktif di media sosial (medsos), terutama TikTok dengan nama pengguna @masssspaket. Di sana, pria yang akrab menamakan dirinya ‘kang paket itu memiliki pengikut sebanyak 52,1 ribu.
Pantauan Radarsumbar.com, akun tersebut sempat dikunci pada Minggu (6/8/2023) siang pukul 11.41 WIB, meski sempat akhirnya dibuka lagi dan dapat dilihat oleh khalayak luas.
Dikecam Organisasi Pers
Tiga organisasi wartawan yaitu Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Sumbar, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Padang dan Pewarta Foto Indonesia (PFI) Padang menyayangkan tindakan dugaan kekerasan, intimidasi, dan penghalangan kerja jurnalistik saat pembubaran massa aksi di Masjid Raya Sumbar.
Sejumlah jurnalis yang sedang meliput di Masjid Raya Sumbar pada Sabtu (5/8/2023) diduga mendapatkan kekerasan, intimidasi dan penghalangan oleh personel Kepolisian.
Saat itu, sedang terjadi kerusuhan dalam proses pemulangan masyarakat Air Bangis Kabupaten Pasbar yang bertahan di lokasi, setelah menggelar demonstrasi sejak 31 Juli hingga 4 Agustus 2023 di Kantor Gubernur.
Ada empat orang wartawan yang diduga mendapatkan tindakan kekerasan dan intimidasi dari aparat kepolisian. Pertama, jurnalis Tribunnews, Nandito Putra.
Ia diduga dipiting polisi berpakaian bebas saat sedang merekam kondisi sambil live streaming untuk medianya. Ia sebelumnya juga dilarang mengambil gambar dan ponselnya juga berupaya direnggut.
Nandito Putra menjelaskan, sekitar jam 15.30 WIB, dirinya sedang melakukan siaran langsung di Facebook Tribunpadang.com dan merekam situasi pemulangan warag Jorong Pigogah Pati Bubur di pelataran Masjid Raya Sumbar.
Pengambilan gambar siaran langsung itu, katanya, mulanya berjalan lancar tanpa ada gangguan.
Namun setelah dua menit merekam kondisi warga, dirinya mengarahkan kamera ke arah aparat polisi yang sedang menarik-narik seorang perempuan.
“Saya mengikuti kerumunan itu hingga jarak lebih kurang tiga meter. Namun tiba-tiba saat saya merekam, tiba-tiba datang beberapa orang berpakaian preman dan menarik saya. Handphone saya sempat diambil paksa. Lalu aparat tersebut menanyakan apa tujuan saya dan saya menjelaskan kalau saya sedang liputan,” katanya.
Dito bahkan mengaku dilepaskan usai dua orang jurnalis menyampaikan protes kepada para polisi, karena rekan mereka diamankan. Namun saat upaya itu, petugas juga mengangkat kerah baju Fachri Hamzah Jurnalis Tempo dan melontarkan ancaman.