Meskipun hasil pemeriksaan laboratorium belum diterima, Marini menjelaskan bahwa berdasarkan pemeriksaan awal oleh dokter hewan, ditemukan tanda-tanda khas PMK pada sapi, seperti luka di mulut dan lecet di lutut.
Pemerintah Kota Pariaman telah memberikan petunjuk kepada peternak untuk terus memberikan obat tradisional, karena dalam pengalaman sebelumnya, pemberian obat tradisional terbukti membantu mengatasi gejala PMK pada sapi. Selain itu, peternak diminta untuk rutin membersihkan kandang ternak dengan disinfektan setiap dua hari sekali, serta mencacah makanan ternak agar lebih mudah dicerna.
Kasus PMK yang kembali terjadi di Pariaman pada awal 2025 ini terkait dengan impor ternak sapi dari luar daerah. Sebelumnya, pada tahun 2024, Pariaman dinyatakan bebas dari PMK, meskipun pada 2023, jumlah kasus PMK di daerah tersebut tidak mencapai 100 ekor.
“Dengan adanya kasus ini, kami berharap peternak dapat menangani penyakit PMK dengan lebih baik. Kami terus memantau situasi dan memberikan bantuan teknis kepada peternak untuk mengendalikan wabah ini,” tambah Marini.
Saat ini, jumlah sapi di Kota Pariaman diperkirakan mencapai 2.500 ekor, dengan sekitar 600 ekor kerbau. Pemerintah Kota Pariaman akan terus mengawasi perkembangan dan memberikan dukungan agar PMK tidak menyebar lebih luas. (rdr/ant)
Komentar