PADANGARO, RADARSUMBAR.COM – Dinas Pertanian Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, mendorong petani di daerah itu untuk mengolah kotoran sapi menjadi pupuk kompos mengingat ketersediaan bahan baku yang mencukupi sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia.
“Sapi merupakan program unggulan kepala daerah saat ini. Setidaknya ada puluhan ribu sapi dan produksi kotorannya cukup banyak yang bisa dimanfaatkan untuk membuat pupuk kompos,” ujar Kepala Bidang Prasarana dan Sarana Pertanian Dinas Pertanian Solok Selatan Joni Pardilo di Padang Aro, Sabtu.
Ia mengatakan pihaknya telah melatih para peternak untuk membuat pupuk organik berbahan baku kotoran sapi, namun sampai sekarang pemanfaatannya belum maksimal.
“Bupati sudah menginstruksikan untuk memberikan stimulan dalam hal pemasarannya sebab ini yang menjadi keraguan peternak atau petani,” ujarnya.
Dengan adanya pupuk kompos dari kotoran sapi, katanya setidaknya bisa mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia, khususnya pupuk subsidi yang alokasinya masih belum mencukupi.
Ia mengungkapkan kebutuhan pupuk subsidi jenis NPK sesuai dengan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) mencapai 30.000 ton dalam setahun ini, namun pemerintah pusat hanya mengalokasikan 2.500 ton dalam setahun.
Sementara untuk alokasi pupuk subsidi jenis urea, Solok Selatan mendapat 9.000 ton, namun yang bisa diambil sesuai dengan data kebutuhan yang terinput dalam e-alokasi sebesar 5.800 ton. Kendala dalam menginput data e-alokasi karena keterbatasan waktu dan jaringan internet yang kurang bagus.
Sementara seorang tokoh masyarakat Bangun Rejo, Kecamatan Sangir, Solikhin mengatakan peternak yang berada di daerahnya telah membuat pupuk organik yang dipasarkan Kerinci, Jambi dan Alahan Panjang, Kabupaten Solok.