Setiap hari katanya, selalu ada saja petani yang menanyakan ketersediaan bibit jagung hibrida karena banyak lahan yang siap tanam.
Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Solok Selatan Nurhayati mengatakan, bibit favorit petani jagung Kabupaten itu yaitu jenis Pionir 32 Singa sedangkan yang merek lain tidak dihiraukan.
Petani di Solok Selatan katanya, hanya terpaku pada satu jenis bibit ini saja sehingga membuat stok terbatas dan imbasnya harga juga naik.
Selain itu katanya, untuk jenis bibit ini produksinya juga sudah dikurangi sehingga sering kali petani kesulitan dalam mendapatkannya.
“Kami mengimbau petani tidak hanya mengembangkan satu jenis bibit saja tetapi harus lebih variatif sehingga harganya tidak tinggi dan juga mudah didapatkan,” ujarnya.
Dia menyebutkan, untuk Kecamatan Sangir memang banyak petani yang menjadikan lahan sawah untuk ditanami jagung karena dinilai lebih ekonomis.
Pemerintah Kabupaten Solok Selatan, juga menyediakan bibit jagung hibrida bersubsidi bagi masyarakat tetapi tidak diminati oleh petani karena berbeda merek dengan yang biasa dikembangkan.
“Bibit jagung hibrida bersubsidi yang kami sediakan memang tidak sesuai kegemaran masyarakat sehingga tidak ada yang mau,” katanya. (rdr/ant)