JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Di dalam industri musik yang terus bergerak dinamis, keberhasilan seorang artis atau musisi tidak hanya bersandar pada talenta dan persona yang mereka miliki, tetapi juga melibatkan sejumlah profesi; mulai dari manajer artis, label, promotor bahkan media.
Namun di luar semua itu, salah satu kunci kesuksesan para artis dan musisi adalah para fans yang mengapresiasi karya mereka. Bahkan ada ungkapan yang menyatakan bahwa ‘seorang bintang bukan siapa-siapa tanpa penggemar.’
Seiring dengan digitalisasi industri musik, Resso, aplikasi streaming musik sosial pertama di Indonesia, baru-baru ini menyelenggarakan diskusi yang menyoroti sinergi artis dan fansnya di era digital dalam ‘Breakfast with Resso (BwR)’ seri kelima.
Tidak dapat dipungkiri, kemajuan teknologi telah mengubah relasi antara artis dan fans, tidak hanya pada pengelolaan atau manajemen fans tetapi juga cara berinteraksi, antara artis dan fans yang saling mengapresiasi.
Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Hilmar Farid, PhD dalam sambutan melalui rekaman video menyampaikan dukungan atas penyelenggaraan diskusi ini.
“Dengan berkembang pesatnya teknologi digital, ada banyak sekali perubahan di dalam produksi, konsumsi dan juga distribusi musik dan platform yang dibentuk. Hubungan antara musisi dengan fans juga sedang mengalami transformasi, dan kita bisa menyaksikan banyak fenomena baru; bagaimana musisi dan seniman secara umum melalui platform digital ini mampu memobilisasi para penonton atau fansnya ini untuk melakukan hal-hal yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan keseniannya,” ungkapnya.
“Saya kira ini satu hal yang sangat menarik, dan tentu juga punya potensi yang luar biasa namun belum terpetakan dengan baik. Saya harap dalam diskusi ini, kita mulai bisa menandai di mana saja perkembangannya dan ke mana arahnya. Sebagai Kementerian yang bekerja khususnya dalam urusan penguatan karakter bangsa, kami juga bisa belajar dari hubungan antara musisi dan fans di platform digital ini,” tambahnya.
BwR yang diselenggarakan secara luring kali ini menghadirkan Denison Wicaksono, Staf Kelompok Kerja Festival, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI; Tiur Tobing, Manajer Bisnis untuk Tiga Dua Satu dan TulusCompany; Musisi/Artis Endah Widiastuti, bersama Manajer Rendi Raditya, dari Endah N Rhesa; Kukuh Rizal Arfianto, Co-Founder & Director Sun Eater.
Kemudian perusahaan label independen yang memayungi band/artis baru seperti Feast, Hindia, Agatha Priscilia, Aldrian Risjad, Mantra Vutura, Rayhan Noor dan Lomba Sihir; Noor Kamil, Co-Founder & VP Digital Marketing Maspam Company; Matthew Tanaya, Artists Promotion Lead Resso Indonesia; serta Gembira Agam, Artist and Label Promotion Resso Indonesia.
Hadir memimpin dan memoderasi diskusi adalah pemerhati musik sekaligus penulis Wendi Putranto. Simak bagaimana musisi dapat memperkaya, mendalami, dan memperkuat hubungan mereka dengan penggemar dan komunitasnya, seperti yang terungkap pada hasil diskusi Breakfast with Resso – “Membangun Sinergi Antara Artis dan Fans” berikut ini.
Makna & Kualitas Fans
Sejak dulu, makna penggemar atau fans ternyata sudah diapresiasi lebih jauh oleh para artis atau pun manajemen artis. Perlakuan terhadap fans bukan lagi semata sebagai pasar atau obyek. Keberadaan platform digital dan media sosial yang terkoneksi setiap saat membuat waktu dan jarak tidak lagi menjadi halangan bagi artis dan fans untuk berinteraksi.
Hal ini diamini oleh Endah Widiastuti yang sangat mengutamakan bagaimana duo Endah N Rhesa dapat memperlakukan fans sebagai partner -dan bukan pasar semata- dengan membentuk komunitas EAR (Endah And Rhesa) Friends.
“Harus ada visi yang sama, kegiatan interaktif yang memungkinkan fans untuk mengenal musisi, bagaimana kehidupan bermusik musisi yang membuat fans bisa mengapresiasi karya. We share more than just music,” katanya.
Pelibatan fans dalam banyak hal terkait kesuksesan musisi/artis ternyata memainkan peran penting. “Bagi Sun Eater, bagaimana fans berinteraksi dengan artis sangat penting. Fans adalah salah satu pilar bisnis, karena pertama, mereka merupakan grup organik, dan yang kedua, adanya fans fanatic approach, semua selalu dimulai dari fans. Makanya, tidak ada marketing plan yang sama untuk artis-artis kami,” tutur Kukuh Rizal Arfianto yang mengakui bahwa Disney memberikan inspirasi untuk cara mereka memberikan experience bagi fans band/artis yang dimilikinya.
Tiga Dua Satu dan TulusCompany bahkan telah memasukkan TemanTulus dan TemanDere sebagai bagian dari struktur organisasi manajemen.
“Kami melibatkan perwakilan TemanTulus dan TemanDere dalam proses brainstorming untuk menentukan aktivitas yang cocok bagi komunitas (fan based), khususnya untuk mengetahui apa yang mereka inginkan. Hal ini banyak menghemat waktu kami dan tentunya tepat sasaran,” ucap Tiur Tobing.