“Microsoft Edge tidak hanya lebih cepat, aman, dan memiliki pengalaman berselancarnya yang modern dibandingkan Internet Explorer, tetapi ada masalah yang lebih serius, yakni penyesuaian situs dan aplikasi yang sudah lawas,” tegas Sean, seperti dikutip KompasTekno dari The Economi Times, Rabu (15/6/2022).
Kalah bersaing
Kabar penghentian Internet Explorer sendiri sudah diumumkan Microsoft sejak beberapa tahun lalu, tepatnya saat peluncuran Microsoft Edge di OS Wndows 10 pada 2015.
Kemudian, setahun setelahnya, Microsoft menghentikan pengembangan fitur pada peramban Internet Explorer. Meski sering disebut lawas, Internet Explorer pernah berada di puncak kejayaannya pada 2003.
Kala itu, browser Internet Explorer dipakai oleh 95 persen pengguna internet dunia. Namun, karena tidak bersaing dengan kompetitor lainnya, terutama dalam hal tampilan dan fitur, jumlah basis pengguna Internet Explorer mengalami penurunan drastis. Ditambah, kehadiran browser Google Chrome, Firefox, hingga Safari membuat para penggunanya perlahan meninggalkan Internet Explorer. (rdr/kompas.com)