Terpisah, militer mengaku melakukan operasi yang didukung menggunakan helikopter mleawan CODECO di wilayah Djugi. “31 milisi CODECO dinetralisir (dibunuh) dan beberapa terluka,” katanya. CODECO mengklaim mewakili etnis Lendu dan punya sejarah konflik dengan komunitas Hema.
Antara tahun 1999-2003, perseteruan kedua kelompok itu meletus, dan menewaskan puluhan ribu orang. Kekerasan kemudian berlanjut pada 2017.
Sejak Oktober, CODECO telah meningkatkan serangan di daerah Djuhi, yang berbatasan dengan Danau Albert dan Uganda. Pekan lalu, serangan bom bunuh diri juga terjadi di klab malam Provinsi Kivu Utara, Beni, menewaskan tujuh orang. Kivu utara adalah pusat serangan ADF. Sejak 2013, tercatat ada 6.000 kematian yang diduga diakibatkan serangan kelompok ini.
ADF juga disalahkan atas serangkaian serangan di Uganda tahun ini. Kemudian pada 30 November, pemerintah Kongo dan Uganda meluncurkan operasi gabungan melawan ADF. Secara historis, ADF merupakan koalisi pemberontak Uganda yang berdiri pada 1995 di Kongo timur. Kelompok ini juga disebut berafiliasi dengan ISIS cabang Afrika Tengah atau ISCAP. (cnnindonesia.com)