Pemerintah Swiss juga memaparkan kewajiban memakai masker di tempat kerja dan anjuran bekerja dari rumah akan berakhir. “Berkat tingkat kekebalan yang tinggi di antara penduduk, kecil kemungkinan sistem perawatan kesehatan akan terbebani meskipun tingkat sirkulasi virus terus berlanjut,” kata pemerintah Swiss.
“Ini berarti bahwa kondisi sudah siap untuk normalisasi kehidupan sosial dan ekonomi yang cepat.” Untuk masuk ke Swiss, tidak perlu lagi memberikan bukti vaksinasi, bukti sembuh COVID-19, atau tes negatif virus corona. Pembatasan pada acara publik berskala besar dan pertemuan pribadi juga dicabut mulai Kamis. Sementara itu, Kanselir Austria Karl Nehammer mengatakan pemerintah akan membatalkan sebagian besar tindakan mulai 5 Maret.
Hanya pemakaian masker di tempat tertentu dan transportasi umum yang akan tetap wajib, serta pembatasan masuk di rumah sakit dan tempat-tempat lain dengan kelompok rentan. “Situasi saat ini menunjukkan kepada kita bahwa bersama-sama kita dapat dengan hati-hati dengan tekad mengambil kembali kebebasan yang dirampas virus corona selama ini,” kata Nehammer kepada wartawan.
“Mulai 5 Maret, sebagian besar pembatasan yang membebani orang akan dicabut,” paparnya.
Nehammer memperingatkan bahwa pandemi belum berakhir. “Virus corona masih menjadi bagian dari kehidupan kita dan vaksinasi “tetap penting,” ucapnya.
Jerman, Swiss, dan Austria dengan demikian akan bergabung dengan negara-negara Eropa termasuk Inggris, Belanda, Denmark dan Norwegia yang mulai hidup berdamai dengan COVID-19.
Swiss telah mencatat lebih dari 2,6 juta kasus Covid-19 dan lebih dari 12.500 kematian selama pandemi, sementara Austria telah mencatat lebih dari 2,3 juta kasus COVID-19 dengan lebih dari 14.400 kematian. Tingkat vaksinasi hampir sama dengan Swiss pada 70 persen dan Austria pada 69 persen. (cnnindonesia.com)