JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Jumlah kasus hepatitis akut di seluruh dunia meningkat, meski dalam jumlah kecil. Pakar meminta masyarakat waspada, tetapi disisi lain menyatakan bahwa ini mungkin tidak akan menjadi wabah.
Meskipun kasus hepatitis akut di Tanah Air sedang mengalami peningkatan, epidemiolog Univesitas Gadjah Mada, Dr Riris Andono Ahmad menyakini bahwa penyakit tersebut tidak akan menjadi wabah, sebagaimana halnya COVID-19. Demikian seperti dikutip dari laman VOA Indonesia, Minggu (15/5/2022).
“Tingkat infeksiusnya tidak setinggi COVID, jadi kemungkinan ini akan menjadi wabah yang meningkat secara cepat, itu tidak akan terjadi. Meskipun kita perlu hati-hati karena sampai saat ini kita belum tahu mekanisme transmisinya,” ujar Riris dalam diskusi terkait hepatitis akut misterius, yang diselenggarakan Keluarga Alumni Gadjah Mada (KAGAMA), Sabtu (14/5).
Meski kecil kemungkinan menjadi wabah, Riris menegaskan penyakit ini tetap harus diwaspadai karena bisa berdampak buruk hingga kematian, terutama pada anak-anak.
Ia mengimbau masyarakat untuk mencegah penularan hepatitis akut tersebut dengan menjaga kebersihan tangan, memakai masker dan menjaga jarak. Penyakit tersebut, menurut Riris, harus disikapi sebagaimana mencegah penularan penyakit infeksi menyusul adanya dugaan penyakit itu terjadi menular pada anak-anak melalui mekanisme percikan.
Penyebab Belum Diketahui
Terkait penyebabnya, kata Riris, WHO dan para pakar sampai saat ini masih pada taraf hipotesis. Dugaan pertama adalah adanya infeksi adenovirus.
Adenovirus adalah kelompok virus yang dapat menyebabkan infeksi pada mata, usus, paru, dan saluran nafas. Ada sekitar 40 jenis virus yang masuk dalam kelompok ini. “Karena sebagian besar dari kasus yang ada ditemukan di Inggris dan beberapa negara Eropa itu mempunyai adenovirus,” kata Riris memberi alasan.
Namun, di sisi lain hepatitis akut memberikan dampak infeksi yang cukup parah. Padahal adenovirus biasanya hanya berdampak ringan, bahkan bisa sembuh dengan sendirinya. “Jadi, mungkin ada penyebab lain. Dan penyebab lain ini bisa mungkin karakteristik individual atau yang lain. Itu yang masih dicari,” tambahnya.
Hipotesis kerja yang lain adalah kemungkinan adanya varian baru adenovirus, disebut sebagai varian sub tipe 41, yang ditemukan di sebagian dari kasus. Ada juga kemungkinan karena paparan obat, racun atau paparan lingkungan yang lain.
“Sama seperti ketika kita COVID muncul, kita sampai berapa lama tidak bisa mendeteksinya. Kemudian salah satu hipotesis kerjanya, ini adalah varian baru dari SAR-CoV 2, tetapi ini juga sesuatu yang belum bisa dikonfirmasi. Jadi sampai saat ini, belum ada satupun yang bisa dinyatakan merupakan penyebab dari hepatitis yang ditemukan,” tambah Riris.
Upaya Pencegahan
Senada dengan Riris, dr. Nenny Sri Mulyani, MD, SpA(K), dokter anak konsultan gastrohepatologi juga memastikan penyebab hepatitis akut belum diketahui.