Sementara pakar Tata Kelola Kota Universitas Bung Hatta Miko Kamal menilai salah satu persoalan di Padang adalah rendahnya partisipasi publik. “Orang merasa cuek saja terhadap hal buruk seperti sampah yang berserakan di mana-mana, membuang sampah sembarangan, karena itu partisipasi publik perlu ditingkatkan,” katanya.
Menurutnya Padang Bergoro merupakan salah satu cara untuk meningkatkan partisipasi publik, “Gerakan ini kita harapkan terus konsisten, terimakasih kepada Pemko Padang yang sudah melakukan program ini,” kata dia.
Sebelumnya Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang mencatat sampah yang dihasilkan oleh warga Padang mencapai 640 ton per hari dengan jumlah penduduk sekitar 914 ribu jiwa. “Dari 640 ton tersebut yang sampai ke Tempat Penampungan Akhir Air Dingin hanya sekitar 500 ton,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang Mairizon.
Menurut dia ada selisih sampah sekitar 140 ton asumsinya pertama sampai di pemulung yang dicacah kemudian dikirim ke industri daur ulang di Medan. Kemudian sampah tersebut dibuang masyarakat ke aliran air hingga sungai yang kemudian bermuara ke laut.
Untuk mengatasi persoalan sampah yang dibuat ke aliran air tersebut pihaknya menggagas program Padang Bergotong Royong. “Tujuannya menanamkan kepada masyarakat bahwa pengelolaan sampah juga menjadi kewajiban warga kota,” kata dia. (rdr/ant)