Ketiga, perintah yang Allah SWT berikan kepada Nabi Ibrahim untuk menyeru kepada manusia guna menunaikan ibadah haji. Firman-Nya dalam surat Al Hajj ayat 27:
وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ ۙ
“(Wahai Ibrahim, serulah manusia untuk (mengerjakan) haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.”
Mengutip penjelasan dari Tafsir Kementerian Agama Republik Indonesia, ayat di atas berbicara mengenai asal muasal ritual saat ini. Sebagian besar ulama Tafsir berpendapat bahwa ritual haji telah dilakukan sejak era Nabi Ibrahim.
Akan tetapi ada silang pendapat terkait ‘siapa’ yang hendak dituju ayat ini, beberapa ulama mengatakan kepada Ibrahim sebagian lagi kepada Muhammad SAW.
Keempat, ibadah haji memberikan dampak positif dalam segi sosial dan ekonomi. Firman Allah SWT dalam surat Al Hajj ayat 28:
لِّيَشْهَدُوْا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْلُوْمٰتٍ عَلٰى مَا رَزَققَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۚ فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَطْعِمُوا الْبَاۤىِٕسَ الْفَقِيْرَ ۖ
“(Mereka berdatangan) supaya menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan) atas rezeki yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka berupa binatang ternak. Makanlah sebagian darinya dan (sebagian lainnya) berilah makan orang yang sengsara lagi fakir.”
Dalam Tafsir Al-Misbah, Prof Quraish Shihab menjelaskan bahwa ibadah ini memiliki banyak manfaat dalam berbagai aspek kehidupan. Tak hanya yang bersifatnya ukhrawi, ia juga turut menyasar pada aspek duniawi.
Manfaat duniawi tersebut meliputi banyak hal seperti ekonomi dan sosial, namun tujuannya tetaplah satu yaitu untuk kemaslahatan bersama.
Hal tersebut dapat dilihat dari pelaksanaan ibadah haji yang melibatkan banyak pikah, tentu di satu sisi ikut menggerakkan roda perekonomian dan sosial masyarakat, khususnya umat Islam.
Dalam pelaksanaannya, ibadah haji melibatkan multi dimensional dari diri manusia itu sendiri.
Setidaknya ada lima aspek yang dilibatkan sekaligus, yakni ibadah qalbiyyah (ibadah hati/mental), ibadah ruhiyyah (ibadah ruh/jiwa), ibadah badaniyyah (ibadah fisik/jasad), ibadah maliyyah (ibadah materi/harta), dan ibadah ijtima’iyyah (ibadah sosial/kemasyarakatan). Wallahu’alam. (rdr)