PADANG, RADARSUMBAR.COM – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar Wahyu mengatakan, pada Maret 2022 tercatat inflasi sebesar 0,77% (mtm), meningkat dibandingkan Februari 2022 yang sebesar 0,07% (mtm).
Hal tersebut, lanjutnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Sementara perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) umum di Sumbar, secara spasial, pada Maret 2022 Kota Padang mengalami inflasi sebesar 0,72% (mtm), atau meningkat dibandingkan Februari 2022 yang sebesar 0,09% (mtm).
Realisasi inflasi Kota Padang berada pada urutan ke-16 dari 24 kota yang mengalami inflasi di Kawasan Sumatera, serta berada pada urutan ke-52 dari 88 kota yang mengalami inflasi di Indonesia.
Kota Bukittinggi mengalami inflasi sebesar 1,18% (mtm) pada Maret 2022 meningkat dibandingkan realisasi Februari 2022 yang deflasi sebesar -0,09% (mtm).
Inflasi Kota Bukittinggi tercatat berada pada urutan ke-3 dari 24 kota yang mengalami inflasi di Kawasan Sumatera, serta berada pada urutan ke-9 dari 88 kota yang mengalami inflasi di Indonesia.
Secara tahunan, inflasi Maret 2022 tercatat sebesar 3,24% (yoy), meningkat dibandingkan Februari 2022 yang sebesar 2,77% (yoy).
Sementara itu, secara tahun berjalan (Januari s.d Maret 2022), Sumatera Barat mengalami inflasi sebesar 1,87% (ytd), juga meningkat dibandingkan Februari 2022 yang sebesar 1,10% (ytd).
Inflasi Sumatera Barat pada Maret 2022 terutama didorong oleh inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan nilai inflasi mencapai 1,76% (mtm), dengan andil inflasi 0,53% (mtm).
Inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau tercatat bersumber dari inflasi pada komoditas cabai merah, daging ayam ras, dan ikan tongkol/ikan ambu-ambu.
“Cabai merah mengalami inflasi disebabkan oleh masih terbatasnya pasokan cabai merah lokal akibat belum masuknya masa panen yang diperkirakan pada awal April 2022, sementara itu pasokan cabai merah dari Pulau Jawa juga terbatas,” katanya melalui keterangan tertulis, Jumat (1/4/2022).
Komoditas daging ayam ras tercatat inflasi didorong oleh kenaikan harga pakan baik jagung maupun konsentrat, sehingga mendorong kenaikan biaya produksi.