JAKARTA, RADARSUMBAR.COM – Peneliti disebut telah menemukan jejak fosil hantu di lautan. Penemuan itu menjadi catatan petunjuk sejarah kehidupan purba bertahan dari neraka di bumi.
Dilansir Live Science, jejak hantu makhluk kecil mirip plankton yang disebut nanofosil telah ditemukan menghantui sedimen lautan prasejarah. Padahal organisme tersebut dianggap telah punah berabad lalu.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa organisme tersebut bertahan hidup di lautan asam yang disebabkan oleh perubahan iklim. Peneliti mengatakan itu bisa memberikan petunjuk bagaimana makhluk modern dapat bertahan dari kenaikan suhu laut.
Nannofosil adalah sisa-sisa plankton laut yang disebut coccolithophores (cox-oh-LITH’-oh-fours), yang termasuk dalam kelas Prymnesiophyceae dan masih ada sampai sekarang di dasar lantai makanan di laut.
Masing-masing organisme bersel tunggal seperti alga ini berukuran kurang dari 0,001 inci (30 mikrometer), dan dikelilingi oleh lapisan keras sisik kalsium geometrik, menurut Fakultas Geosains di Universitas Bremen di Jerman. Ukurannya yang sangat kecil bahkan hampir tak terlihat membuatnya disebut sebagai hantu.
Hasil penelitian yang telah terbit di Journal Science pada 19 Mei ini menyebut fosil nanno ini sangat melimpah.
“Ada jauh lebih banyak nannofosil daripada fosil jenis. lain. Itu berarti kita benar-benar dapat menjadi kuat secara statistik, karena kita melihat begitu banyak dari mereka,” Paul Bown, ahli paleontologi di University College London, Inggris, dan rekan penulis studi baru, mengatakan kepada Live Science.
Ketika plankton kecil ini mati, mereka tenggelam ke dasar laut, di mana cangkang kalsium mereka perlahan-lahan menumpuk. Seiring waktu, tumpukan sisik mineral putih yang dikenal sebagai coccolith, ditekan bersama untuk membentuk dinding kapur.
“Tebing kapur putihnya berwarna putih karena hampir 100 persen nanofosil,” kata Bown.
Namun, ada titik dalam catatan fosil di mana coccolithophores tiba-tiba menghilang, lalu kembali secara misterius jutaan tahun kemudian. Titik-titik ini bertepatan dengan peristiwa pemanasan laut purba, di mana air laut menjadi lebih asam karena bereaksi dengan peningkatan karbon dioksida dari atmosfer.