Semua dampak yang kemungkinan besar terjadi akibat anak sulit melepaskan diri dari jeratan gawai harus menjadi perhatian utama semua orang tua.
Hal yang harus menjadi pegangan adalah, peran tua tidak pernah bisa tergantikan oleh apapun, apalagi hanya dengan sebuah gawai yang tidak memiliki jiwa.
Orang tua jangan terlena dengan keadaan anak menjadi anteng saat diberi mainan HP. Mari kembali ke kebiasaan lama saat dunia ini tidak disibukkan oleh hadirnya teknologi canggih, berupa telepon genggam dan internet, seperti saat ini.
Kalau kebiasaan lama, orang tua memiliki waktu yang banyak untuk berinteraksi secara dekat dengan anak dan keluarga besar, mari kita kembali ke tradisi itu demi masa depan anak-anak yang lebih baik.
Ajak anak untuk bermain dengan membuat keterampilan dari kertas atau kardus bekas. Pilihannya bisa dibuat mainan pesawat udara atau kapal laut, mobil-mobilan atau bentuk-bentuk lainnya. Pilihan ini memang memerlukan kesabaran dan ketelatenan dari orang tua.
Untuk memotivasi para orang tua agar mau memilih jalan menemani anak berkreasi adalah dengan membayangkan anak menjadi bertambah usia dan berubah ukuran tubuhnya, sementara jiwanya tetap stagnan sebagai anak-anak.
Kalau perkembangan tubuh dan jiwa tidak berimbang, maka lagi-lagi orang tua yang akan menanggung “penderitaan”, bukan hanya si anak yang dianggap kondisinya tidak normal. Anak seperti ini justru akan menjadi “beban” bagi orang tua.
Menjadi teman bermain bagi anak akan memunculkan banyak hal positif pada anak dalam memperjalankan jiwanya menjadi dewasa bersama fisiknya.
Kedekatan fisik dan jiwa antara orang tua dan anak akan menumbuhkan jiwa yang tenang, damai, dan rasa percaya diri anak akan tumbuh dengan maksimal.
Jiwa si anak tidak merasa kesepian karena ada sosok ayah dan ibu yang selalu mendampinginya bertumbuh.
Jika membuat barang keterampilan bersama juga menemukan rasa bosan pada anak, orang tua bisa memilih aktivitas lain di luar ruang.
Aktivitas itu bisa bermain bola bersama dengan anak atau bermain bulutangkis atau menemani anak bermain sepeda dan lainnya.
Dengan berbagai aktivitas yang melibatkan berbagai indra dari tubuhnya itu, anak akan menjadi lebih realistis dalam memandang kehidupan, karena yang dilihat, dikerjakan atau diraba, adalah sesuatu yang nyata, tidak seperti di gawai yang hanya maya.
Dengan bermain secara fisik itu, orang tua juga mengajarkan bahwa kehidupan itu tidak instan, seperti yang digambarkan dalam permainan-permainan di dalam gawai.
Dengan membuat keterampilan dari barang bekas, orang tua mengajarkan perlunya bersabar dengan proses untuk mencapai suatu tujuan atau cita-cita.
Anak adalah masa depan bangsa dan harapan kita sebagai orang tua. Mendampingi perkembangan jiwa dan raga anak secara sehat, pada hakikatnya adalah upaya menata masa depan bangsa dan asa para orang tua. (rdr/ant)