Oleh:
Boy Hadi Kurniawan – Direktur Center for Empowerment Training and Strategic Studies (Consist)
Beberapa hari belakangan kita dikejutkan oleh demonstrasi yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat dari Air Bangis.
Mereka menuntut pemerintah provinsi Sumatera Barat untuk menghentikan usulan Proyek Strategis Nasional (PSN) kepada Pemerintah Pusat melalui Menko Kemaritiman dan Investasi di daerah mereka.
Mereka beralasan karena PSN ini membutuhkan lahan sekitar 30 ribu hektare maka lahan-lahan sawit yang selama ini mereka tanam akan termasuk dalam bagian proyek tersebut.
Sekarang mereka sudah dilarang untuk memanen hasil lahannya, sehingga terdampak pada ekonomi keluarga mereka. Oleh karena itu mereka menuntut agar proyek itu dihentikan.
Hari ini, kita dengar berita muncul pula demo tandingan dari masyarakat air Bangis juga yg menginginkan Gubernur Sumbar tetap melanjutkan Usulan Proyek Strategis Nasional tersebut.
Menurut mereka karena proyek itu tujuannya untuk membangun kampung halaman mereka dan akan membuka banyak lapangan kerja bagi masyarakat. Mereka berkata aksi demo sebelum nya tidak mewakili aspirasi masyarakat asli Air Bangis.
Bahkan dikatakan oleh perwakilan dari massa demo bahwa yang melakukan aksi bukan orang asli air Bangis dan mereka selama ini telah menyerobot lahan yg ada dan tidak meminta izin dari ninik mamak dalam mengolah lahan tersebut. (https://www.metrokini.com/2023/08/02/ada-aksi-tandingan-demo-di-kantor-gubernur-sumbar-giliran-warga-asli-air-bangis-dukung-pemerintah/).
Di sisi lain, jika kita lihat dari alasan Pemprov Sumbar, proyek strategis nasional yang diusulkan kepada Pemerintah Pusat ini bertujuan untuk menanamkan investasi yang besar dan strategis di Sumbar. Menurut berita yang bisa kita lihat dalam link berikut. (https://langgam.id/abaco-investasi-rp150-triliun-masih-urus-izin-lahan-20-000-ha-di-pasaman-barat/).
Proyek ini akan menanamkan modal sebesar Rp150 triliun oleh PT Abaco Pasifik Indonesia dan proses perizinan ini sudah dimulai atau berlangsung sejak tahun 2018, sebelum Mahyeldi jadi Gubernur.
Di sini akan dibangun refinery atau kilang minyak. Jika proyek ini berjalan akan menjadi kilang minyak terbesar di Indonesia dan banyak membuka lapangan kerja.
Lalu kenapa dari Air Bangis ini yang dijadikan sebagai tempat untuk membangun kilang minyak ini? Karena menurut investor lokasinya paling dekat untuk mendatangkan bahan baku dari Timur Tengah.
Sebelumnya sudah ada rencana dibangunnya Pelabuhan Teluk Tapang di Air bangis sebagai Proyek strategis nasional juga yang menelan dana 800 milliar rupiah yang akan memudahkan akses laut dalam dan luar negeri.
Tidak hanya kilang minyak terbesar di Indonesia yang akan menyerap banyak tenaga kerja, tapi juga akan dibangun yang proyek luar biasa lainnya.
Lengkapnya di lokasi tersebut akan didirikan, Pembangunan Kawasan Industri (Kilang minyak, Petrochemical, Oleochemical, Pesawat Terbang, Building, Manufacturing, dan Metallurgy dan makanan dan minuman) International Airport, Highland City (Olympic Park, West Highland City and Housing, University Village & Research Center, Central Work District & ABACO Tower, Educational District, Residential District, Office & Apartment, Skyview City dan Water Treatment Plant) dan Green Area (Pembangunan Beach, Forest, Island, Long Beach, Mountain, Manggrove dan Tourism), Abaco Port Authority serta pembangunan infrastruktur lainnya yang berlokasi di Nagari Air Bangis, Kecamatan Sungai Beremas, Kabupaten Pasaman Barat.
Berdasarkan alasan inilah kenapa Pemerintah Sumbar dalam hal ini yang dipimpin oleh Buya Mahyeldi Ansharullah SP, ketika melihat ada peluang investor untuk mau menanamkan modalnya dan membangun Sumbar beliau sebagai Kepala Daerah tentu menyambut baik.