Politisi PAN ini juga mempertanyakan latar belakang pendidikan sang Gubernur yang dianggapnya sangat mempengaruhi gaya kepempimpinan seseorang.
“Pendidikan seseorang itu menentukan. Pergaulan dia menentukan. Pengalaman hidupnya itu menentukan, bagaimana gaya dia memimpin. Coba pelajari, Pak Mahyeldi ini tamatan apa, berapa lama dia kuliah, kuliahnya dimana,” tutur mantan anggota DPR RI ini.
Tak sampai di situ, Epyardi Asda juga mengkritisi kapasitas Mahyeldi yang selama ini dianggap belum mampu memimpin Sumbar. Menurutnya, seorang pemimpin harus punya kemampuan luas di berbagai bidang, termasuk punya pengalaman menjadi aktivis.
“Mana aktivis yang dilakukan oleh dia, selain dia banyak ngaji-ngaji dan dia jadi garin di musala. Apakah cocok imam masjid, garin masjid untuk memimpin seluas 19 kabupaten-kota ini dengan kapasitas seperti itu,” tandas Epyardi.
Sebelumnya, Bupati Solok marah-marah di hadapan warga dan awak wartawan karena tidak terima tidak diberitahu oleh Gubernur saat singgah sahur di salah satu rumah warga di daerah Jawi-jawi Guguak, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Senin (18/3/2024).
Epyardi menilai Gubernur selama ini kurang koordinasi jika ada kegiatan yang dilaksanakan di kabupaten dan kota.
“Dia datang ke semua daerah Sumatera Barat ini, nggak pernah ngasih tahu sama bupati, wali kota. Ujung-ujungnya datang ke tempat orang seperti malam ini. Mau datang ke Cupak, mau datang ke sini, dibawanya kadernya. Emangnya Solok ni negara PKS apa? Ini negara ini ada aturannya. Bahasa Minang itu ada pepatah ciek rumah gadang ciek lasuang dan ciek tungganai. Ciek lasuang ciek ayam gadang, ciek rumah gadang ciek tungganai,” timpal politisi PAN ini. (rdr)