“Bahkan daerah lain di Sumbar seperti Pariaman dan Padang telah lebih dulu menerapkan. Sekolah lima hari berbeda dengan full day. Jadi bagi siswa yang juga belajar agama di TPQ (taman pendidikan Al Quran) dan MDA (madrasah diniyah awaliyah) itu tidak akan terganggu jam pelajarannya,” katanya.
Jeki menyebutkan, sekolah lima hari diharapkan membentuk karakter anak yang dipengaruhi orang tua selain guru di sekolah.
“Pendidikan bukan hanya tanggungjawab sekolah, tapi juga orang tua dan keluarga, diharapkan satu hari di Sabtu setiap pekan itu bisa menjadi efek kedekatan anak di keluarga dalam membentuk karakter anak,” katanya.
Ia meminta pengawasan orang tua kepada anak untuk tidak menjadikan pelajar bergantung kepada telpon genggam saat diberikan waktu berlebih di rumah.
“Fenomena anak bermain gadget harus diwaspadai. Kami harap Sabtu menjadi hari penuh antara anak dan orang tua, bagaimana mengajar anak melihat orang tuanya bekerja atau hal positif lainnya,” sebutnya.
Selain itu, program sekolah lima hari diharapkan mampu mendukung peningkatan ekonomi masyarakat di akhir pekan dan penunjang Bukittinggi sebagai kota wisata.
“Pengendalian anak tidak berkeluyuran juga menjadi tanggung jawab bersama. Ada banyak waktu antara anak dengan orang tua, sekolah lima hari menjadi terobosan baru yang berdampak kepada pembentukan karakter anak,” harapnya. (rdr/ant)