Epyardi Asda: Mahyeldi Takut Saya Maju jadi Gubernur

Bukan kali pertama Epyardi Asda mencak-mencak di hadapan publik dan viral di media sosial (medsos) pasca kunjungan Safari Ramadan Gubernur Sumbar ke Kabupaten Solok beberapa waktu lalu.

Bupati Solok, Epyardi Asda. (Foto: Dok. Istimewa)

Bupati Solok, Epyardi Asda. (Foto: Dok. Istimewa)

AROSUKA, RADARSUMBAR.COM – Bupati Solok, Epyardi Asda kembali ‘mencak-mencak’ dan menuding Mahyeldi takut kepada dirinya untuk menjadi Calon Gubernur (Cagub) Sumatera Barat (Sumbar) periode 2024-2029.

Bukan kali pertama Epyardi Asda mencak-mencak di hadapan publik dan viral di media sosial (medsos) pasca kunjungan Safari Ramadan Gubernur Sumbar ke Kabupaten Solok beberapa waktu lalu.

“Saya berharap kita semua menyikapi dengan penuh kedewasaan. Banyak sekarang saya lihat di media sosial (medsos) macam-macam yang sudah beredar, bahkan informasi pada bapak dan ibu, tokoh-tokoh politik yang ingin maju itu sudah mulai mencari kesalahan-kesalahan lawan,” katanya seperti dinukil Radarsumbar.com dari akun TikTok dengan nama pengguna @syahril.amiruddin8, Rabu (27/3/2024) malam.

Epyardi Asda mengaku dirinya didatangi Irjen Kemendagri atas laporan dari Gubernur Sumbar dan menuding Mahyeldi menginginkan dirinya diberikan peringatan atau jika perlu saya dipecat sebagai Bupati Solok.

“Barusan saja kami menerima dan disambut oleh Sekda dan tim, kami jelaskan kepada Kemendagri, apa yang kami lakukan. Menurut beberapa tokoh di Solok dan juga Gubernur Sumbar, suratnya kepada Mendagri, Bupati Solok tidak layak untuk memimpin,” katanya.

“Kalau bisa diberikan teguran dan diberikan karena beliau tidak ada etika dan saya katakan, mana yang lebih tidak ada etika, seorang Gubernur datang ke daerah saya tanpa memberitahu kepada saya,” sambungnya.

Epyardi Asda justru menyinggung siapa yang tidak lebih beretika ketika seorang Gubernur diundang oleh Bupati Solok secara resmi, namun tidak mau hadir.

“Sementara pada hari yang sama, dia diundang oleh kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) hanya dihadiri oleh 40 orang. Dia lebih mengutamakan kader PKS daripada diundang oleh Bupati kepada Gubernur,” katanya.

Dirinya mengatakan kepada Irjen Kemendagri, bahwa bukan hanya di Sumbar, bukan hanya di Solok gubernur ini tidak dihargai oleh Pemda-nya, akan tetapi seluruh warga Kabupaten Solok tidak pernah menghargai Gubernur.

“Karena Gubernurnya tidak menghargai kami sebagai kepala daerah di seluruh daerah Kabupaten Solok. Perlu saya informasikan, mungkin akan ada berita-berita, memang kami, siapa namanya itu, didatangi oleh Dirjen dalam rangka untuk mengklarifikasi atas aduan Gubernur Sumbar, apa namanya? Pak Yeldi yang paling hebat itu. Beliau minta daya diberhentikan, setuju bapak ibu saya diberhentikan sebagai Bupati? Tidak (sorak hadirin). Emang apa dia doang, dia lagi yang menjadi di sini, untuk itu mari kita bersatu masyarakat Solok semuanya,” timpalnya.

Pada saat belum ada jadwal Pilkada, kata Epyardi, dirinya sudah mulai dikatakan tak beretika, tidak menghargai Gubernur, hingga ada laporan dari Ketua DPRD dan macam-macam semuanya.

“Dan saya katakan kepada Irjennya, kalau seandainya ada aduan masyarakat kepada Gubernur, harusnya Gubernur yang datang ke sini atau inspektoratnya yang mengecek, laporan masyarakat itu benar atau tidak?,” katanya.

Dirinya meminta agar Gubernur tidak langsung mengadu ke Kemendagri jika dirinya keliru karena harus melakukan tabayyun terlebih dahulu.

“Kalau Gubernur kita ini orangnya memang punya kapasitas, dia perintahkan inspektorat datang ke sini, dia cek laporan masyarakat benar apa tidak? Bukan langsung membabi buta, langsung lapor ke Mendagri, minta Bupati Solok dipecat. Astaghfirullah, karena dia takut saya maju melawan dia,” katanya.

Dirinya mengatakan, bahwa rencananya hendak maju sebagai Gubernur Sumbar baru muncul di medsos lantaran permintaan massa, sudah mulai ancang-ancang, pecat Bupati Solok karena tidak beretika kepada Gubernur katanya.

“Ini sangat luar biasa bapak Gubernur ini. Sekarang saya tanya kepada masyarakat Kabupaten Solok ini, tokoh semua, setuju tidak kita lawan kezaliman mereka itu semua, mau kita bersatu semuanya? Mudah-mudahan di bulan penuh rahmat ini, Allah mempermudah langkah kita semua, hahahaha. Jadi gimana? Lawan? Lawan? Lawan? Terima kasih, saya siap lawan,” tuturnya.

Sikap Epyardi Asda yang terkesan kasar, arogan hingga mendiskreditkan Mahyeldi berkali-kali tidak pernah dilawan oleh orang nomor satu di Sumbar tersebut.

Gubernur Sumbar Mahyeldi menanggapi dengan santai dan elegan terkait ucapan dari Bupati Solok, Epyardi Asda yang mendiskreditkan hingga menyerang personal dari dirinya.

Kepada awak media, Mahyeldi mengatakan, semua orang bisa berkomentar apapun terkait aktivitas yang ia lakukan.

“Namun, aturan dari mana yang mengatakan bahwa seorang Gubernur harus meminta izin kepada Bupati-Wali Kota jika datang ke daerah mereka?,” katanya beberapa waktu lalu kepada awak media.

Mahyeldi mengaku tidak mengambil pusing ucapan demi ucapan dan tudingan mendiskreditkan yang dilontarkan oleh Epyardi Asda kepada dirinya.

“Tidak apa-apa, itu biasa, dan sudah dijawab oleh Biro Pemerintahan (Pemprov Sumbar). Kalau soal (tudingan Epyardi Asda tentang PKS), tergantung pembicaraan di internal kami,” katanya.

Mahyeldi mengatakan, ketika berkunjung ke suatu daerah, dirinya bukan hanya sebagai Gubernur. “Saya itu juga dai, ketua organisasi, banyak yang mempersepsikan macam-macam ketika saya diundang,” katanya.

Sebagaimana diketahui, ‘perseteruan’ Bupati Solok, Epyardi Asda dengan Gubernur Sumbar, Mahyeldi terus berlanjut. Usai viral marah-marah karena Gubernur dianggap tak meminta izin saat melaksanakan program Singgah Sahur, kali ini Epyardi Asda kembali terekam meluapkan kekecewaannya kepada Gubernur Sumbar.

Melalui video yang diunggah akun @jon_cupak di platform TikTok, Epyardi kali ini malah mempertanyakan kapasitas Mahyeldi sebagai Gubernur Sumbar. Dia menilai provinsi Sumatera Barat tidak berkembang selama dipimpin Mahyeldi sebagai Gubernur.

“Selama ini kita Sumatera Barat belum bisa dibanggakan, dengan kapasitas beliau (Mahyeldi). Coba lihat background-nya Pak Gubernur kita ini, apa background, kapasitasnya,” tanya Epyardi yang terlihat mengenakan baju koko dan peci hitam.

Politisi PAN ini juga mempertanyakan latar belakang pendidikan sang Gubernur yang dianggapnya sangat mempengaruhi gaya kepempimpinan seseorang.

“Pendidikan seseorang itu menentukan. Pergaulan dia menentukan. Pengalaman hidupnya itu menentukan, bagaimana gaya dia memimpin. Coba pelajari, Pak Mahyeldi ini tamatan apa, berapa lama dia kuliah, kuliahnya dimana,” tutur mantan anggota DPR RI ini.

Tak sampai di situ, Epyardi juga mengkritisi kapasitas Mahyeldi yang selama ini dianggap belum mampu memimpin Sumbar. Menurutnya, seorang pemimpin harus punya kemampuan luas di berbagai bidang, termasuk punya pengalaman menjadi aktivis.

“Mana aktivis yang dilakukan oleh dia, selain dia banyak ngaji-ngaji dan dia jadi garin di mushalla. Apakah cocok imam masjid, garin masjid untuk memimpin seluas 19 kabupaten/kota ini dengan kapasitas seperti itu,” tandas Epyardi.

Sebelumnya, Bupati Solok marah-marah di hadapan warga dan awak wartawan karena tidak terima tidak diberitahu oleh Gubernur saat singgah sahur di salah satu rumah warga di daerah Jawi-jawi Guguak, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Senin (18/3/2024).

Epyardi menilai Gubernur selama ini kurang koordinasi jika ada kegiatan yang dilaksanakan di kabupaten/kota.

“Dia datang ke semua daerah Sumatera Barat ini, nggak pernah ngasih tahu sama bupati, wali kota. Ujung-ujungnya datang ke tempat orang seperti malam ini. Mau datang ke Cupak, mau datang ke sini, dibawanya kadernya. Emangnya Solok ni negara PKS apa? Ini negara ini ada aturannya,” katanya.

“Bahasa Minang itu ada pepatah ciek rumah gadang ciek lasuang dan ciek tungganai. Ciek lasuang ciek ayam gadang, ciek rumah gadang ciek tungganai,” timpal politisi PAN ini. (rdr)

Exit mobile version